Smartphone, demikianlah  julukannya, alat komunikasi yang mungil itu demikian akrabnya di genggam jutaan kaum muslimin, dari anak-anak sampai bapak-bapak, dan dari remaja putri sampai para istri pendamping suami, kakek-kakek dan nenek-nenek pun tidak ketinggalan. Mereka akrab dengan benda yang satu ini seperti di rumah-rumah, di jalan-jalan, angkutan umum, kantor-kantor, dan berbagai tempat yang lain.
Barangkali jika di rata-rata hampir setiap setengah jam sekali tangan bergerak mengambil smartphone, sentuh layar dan geser ke atas lalu ke bawah. Apakah gerangan yang dibaca?
Macam-macam lah, demikian barangkali yang tercetus di benak anda benar. Namun, mungkin kita sepakat bahwa diantara yang terbanyak yang dibaca manusia adalah berita. Dan istilah berita itu sendiri sebenarnya luas, bahwa berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Dengan demikian, hakikatnya berita tidak harus sesuatu yang bersumber dari wartawan, namun sesuatu yang bersumber dari sahabat dan kerabat pun juga bisa disebut sebagai berita.
Pada umumnya mereka tampilkan berita tersebut di berbagai blog dan media sosial, seperti facebook, instagram, Â whatsapp, twitter, dan yang lainnya. Luasnya media untuk mengetahui berita ini semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi jutaan kaum muslimin untuk berakrab-akraban dengan barang yang satu ini, Â yaitu smartphone.
Sebagai seorang muslim, sudahkah kita berusaha untuk selektif dalam mengaudit  aktivitas harian kita. Sudahkah kita berusaha memilah dan memilih jenis berita yang memang penting kita ketahui. Sudahkah kita berusaha membedakan antara keinginan dan kepentingan, dan sudahkah kita punya skala prioritas dalam mengurutkan tingkat kepentingan dan kebutuhan kita.
Jika memang berita-berita tersebut menjadi sebuah kebutuhan, sudahkah kita memberikan perhatian yang semestinya terhadap sebuah kebutuhan yang jauh lebih tinggi darinya, sebuah kebutuhan yang sifatnya lebih kita butuhkan dari pada air dan udara. Alaa wa hiya, ketahuilah bahwa ia adalah al-Qur'an.
Ketika membuka layar smartphone menjadi hobi berat yang mengalahkan Tilawatil Qur'an, sehingga sepuluh menit untuk membuka facebook terasa kurang, namun sepuluh menit untuk membuka mushaf al-Qur'an terasa lama.Â
Jika bagi banyak orang mengikuti berita politik tentang penjelasan keterangan ataupun klarifikasi dari isu yang tidak jelas di smartphone merupakan  perkara yang sangat dibutuhkan, maka bagaimana dengan penjelasan atau tafsir ayat al-Qur'an yang kit abaca setiap hari, sudahkah hati kita merasa lebih membutuhkannya melebihi kebutuhan mereka tersebut.
Sepuluh menit  untuk membuka facebook teman sekolah seangkatan terasa kurang, namun sepuluh menit untuk membuka mushaf al-Qur'an terasa lama. Sepuluh menit untuk berkomentar di whatsapp masih bisa disempat-sempatkan dua atau tiga kali daalam sehari, namun sepuluh menit untuk menghafal al-Qur'an tiap harinya terasa tidak ada kesempatan.
Sepuluh menit browsing (baca klarifikasi) dari pernyataan politikus terasa menjadi yang seolah-olah harus tahu, namun sepuluh menit mencari tafsir dari firman Allah yang banyak tidak diketahui terasa seolah-olah bukan menjadi kebutuhan.
Jika dibandingkan keutamaan al-Qur'an dengan kehebohan smartphone, maka sangat jauh perbedaan keduanya. Tentunya memang benar, kita tidak menutup mata bahwa smartphone sangat bermanfaat jika kita gunakan dengan baik dan kita dudukkan sesuai dengan kedudukannya sebagai alat bantu semata. Dan memang benar pula bahwa smartphone juga bisa kita gunakan sebagai alat untuk membaca al-Qur'an bahkan mempelajari tafsirnya.