Dosen Pembimbing : Adhi Krisna Maria Agustin, MA
Masa remaja adalah fase penting dalam perkembangan manusia yang ditandai oleh pencarian identitas dan pembentukan harga diri (self-esteem). Remaja mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan, yang mempengaruhi cara mereka melihat diri mereka sendiri dan peran mereka di dunia. Artikel ini akan membahas hubungan antara self-esteem dan proses menemukan jati diri pada remaja, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kedua aspek ini. Self-esteem adalah bagaimana seseorang menilai diri sendiri, termasuk perasaan bangga, percaya diri, dan merasa berharga. Self-esteem yang sehat memungkinkan remaja menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik, sementara self-esteem yang rendah bisa menyebabkan masalah emosional seperti kecemasan dan depresi. Jati diri merujuk pada pemahaman seseorang tentang siapa mereka sebenarnya, termasuk nilai, minat, dan tujuan hidup. Proses menemukan jati diri adalah perjalanan yang berlangsung sepanjang remaja dan dewasa muda, di mana individu mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka dan peran mereka di dunia.
  Self-esteem yang kuat memberikan remaja keyakinan untuk mengeksplorasi minat, menghadapi tantangan, dan membentuk identitas mereka. Remaja dengan self-esteem tinggi lebih berani mencoba hal baru dan mengekspresikan diri mereka secara autentik. Proses Menemukan Jati Diri Ketika remaja mengeksplorasi siapa mereka dan apa yang mereka inginkan dalam hidup, mereka mengembangkan self-awareness yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperkuat self-esteem mereka. Pemahaman yang lebih jelas tentang jati diri membantu mereka merasa lebih puas dan percaya diri. Peran Identitas Sosial Identitas sosial, seperti kelompok pertemanan dan budaya, juga memengaruhi self-esteem dan proses pencarian jati diri. Dukungan sosial yang positif dapat memperkuat self-esteem, sementara pengalaman penolakan atau stigma dapat merusaknya.
  Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap tiga responden, terlihat bahwa rata-rata mereka menemukan jati diri mereka pada usia 17-18 tahun. Pada usia ini, remaja mulai mengembangkan pemahaman yang lebih dalam mengenai preferensi dalam mencari teman, menghadapi permasalahan dengan teman, pengaruh lingkungan sosial terhadap perkembangan sosial, peran perkembangan iman, serta cara menangani kegagalan atau penolakan. Kekuatan dan kelemahan diri juga mulai teridentifikasi dengan lebih jelas. Mereka yaitu Remaja merasa lebih diterima dan dihargai ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama. Hubungan yang didasari oleh pemahaman yang saling mendalam memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih efektif serta rasa aman yang lebih besar. Interaksi yang saling mendukung ini memperkuat self-esteem, yang pada gilirannya, membantu remaja dalam mengembangkan identitas diri yang lebih kuat dan jelas. Lalu Pendekatan reflektif dan komunikasi terbuka dalam menghadapi konflik yang mereka sedang hadapi mencerminkan self-awareness yang baik dan self-esteem yang stabil. mereka telah mampu merenungi masalah sebelum berkomunikasi menunjukkan kemampuan untuk memahami situasi dengan lebih jelas dan menghindari reaksi emosional yang tidak produktif. Kemampuan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah indikasi dari kematangan emosional serta kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang sehat. Pendekatan ini juga mendukung pembentukan identitas yang menghargai integritas dan tanggung jawab pribadi. Lingkungan sosial yang positif memainkan peran penting dalam pembentukan moral dan identitas diri. mereka telah matang dalam menilai Dalam lingkungan yang positif seperti dari hasil wawancara narasumber memiliki lingkungan islami yang mendukung, remaja dapat menginternalisasi nilai-nilai yang mendukung perilaku etis dan moral yang kuat. Kehadiran model peran positif, baik dari guru maupun teman, memberikan panduan yang jelas mengenai perilaku yang diinginkan dan membantu remaja mengembangkan identitas diri yang selaras dengan nilai-nilai tersebut. Perkembangan iman memiliki peran krusial dalam memberikan panduan moral dan mempengaruhi self-esteem. Keyakinan yang kuat dapat memberikan rasa tujuan serta panduan yang jelas dalam menghadapi berbagai pilihan hidup. Remaja yang memiliki dasar iman yang kuat cenderung memiliki kompas moral yang lebih stabil. Ini membantu mereka menghindari perilaku negatif dan membangun self-esteem berdasarkan nilai-nilai positif yang mereka yakini.
  Secara keseluruhan, hasil wawancara ini menunjukkan bahwa self-esteem yang positif dan pengembangan identitas diri pada remaja sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial yang mendukung, pendekatan reflektif dalam menghadapi konflik, lingkungan sosial yang positif, serta dasar iman yang kuat. Remaja yang mampu memahami dan menginternalisasi faktor-faktor ini cenderung memiliki identitas diri yang lebih kuat dan stabil di masa dewasa mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H