Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Basuki, Pengapling Surga, dan Check Sound Terompet

2 Desember 2016   10:00 Diperbarui: 2 Desember 2016   16:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara asing saat ini sedang cengengesan sambil tepuk tangan lihat situasi di negeri ini. Rakyatnya terpecah belah, gegeran terus, gampang diprovokasi. Sepertinya terkena radiasi dari peperangan antar mahkluk tak kasat mata di negeri antah berantah. Kebingungan melanda, hlolak hlolok berjamaah.

Rakyat (yang mayoritas muslim ini) 'kaget', nggak terima, purek, galau karena ada seorang non muslim jadi gubernur di Jakarta, kota paling vital di negeri ini. Seandainya tidak di Jakarta, pasti nggak selebay ini reaksinya.

Seandainya Basuki jadi bupati di pulau Sempu atau Gubernur selain Jakarta, nggak bakalan ada 'kegaduhan' yang terjadi beberapa tahun ini.

Puncaknya ketika Basuki kena kasus al maido alias al ngenyek, keseleo lidah dan didakwa menistakan kitab suci. Apesss. Di tempat dan waktu yang salah,juga orang yang 'salah' pula, kata-kata bisa sangat berbahaya. Kuatno atimu Bas..

Aku juga nggak yakin, seandainya Basuki dipenjara, lengser dari posisinya sebagai gubernur, apakah umat muslim akan jadi tenang, rukun sesama saudara sebangsa sesama muslim atau non muslim?? Muslim sekarang hobinya cari gara-gara sesama muslim dan atau non muslim. Lha wong orang yang sudah shalat pun masih saja diteriaki "bid'ah!"

Sepertinya kita sedang mengalami 'puber kedua', sedang suka over acting. Diejek sedikit, reaksinya luar biasa. Di jaman Orba jarang sesama muslim nuding-nuding : "bid'ah!". "sesat!", "jahanam!", "laknatulloh!". Setelah Orba lengser, umat pengapling surga bermunculan dimana-mana.

Jangan salah, aku nggak pro Orba, tapi di jaman itu hubungan antar madzhab, sekte, adem-adem saja. Hubungan antar Syiah dan Sunni tak ada masalah. Malah nggak sedikit umat Sunni yg ngefan berat Ayatollah Khomeini dedengkot Syiah.

Sekarang ABG yang level agamanya PAUD dengan lantangnya memaki-maki Syiah, padahal wawasan soal Syiah cuman dari tulisan di meme yang nggak jelas muasalnya. Bahkan pada Kyai sepuh pun berani misuhi.

Kadang-kadang perlu juga anak-anak itu diajari tasawuf, ilmu hakikat alias ilmu batin, nggak syariat tok ae. Biar luas dan 'selesai' hatinya. Nggak ngurusi ibadah orang lain, Karena ibadah itu urusan pribadi manusia dengan Tuhannya.

Ada kyai ceramah di gereja, rame. Padahal sebenarnya malah tepat sasaran. Pengajian selama ini khan menyuruh shalat pada orang yang sudah shalat tiap hari. Menyuruh berhaji pada orang yg sudah berhaji. Kalau di gereja khan mengenalkan Islam pada orang yg belum tahu Islam. Siapa tahu mereka dapat hidayah. Tapi iki rahasia lho, ojok sampek eruh wong Kristen.

Kyai kalau tarafnya sudah hakikat, mempertimbangkan sesuatunya dari segi hakikat bukan dari yang tampak, mementingkan isi daripada bungkus. Opo bedane Masjid sama Gereja, sama-sama dibangun pakai semen, batu bata dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun