Sudahlah, nggak usah baper kalau Ustadz Abdul Somad (UAS) ditolak di Singapura. Wis wayahe, lha wong khotbahnya sering menyinggung perasaan nonmuslim.
Menyebut salib sebagai tempat 'jin kafir' itu sarkas total. Harusnya kena pasal penistaan agama.
UAS ngomong begitu bisa aman karena di sini Islam itu agama mayoritas.
Ini bukan soal membela Islam atau Kristen. Cuman ingat, tiap-tiap manusia pasti menuai apa yang sudah disemai. Itu yang dialami UAS sekarang. No debat, case close.
Dalam soal wawasan sejarah Islam, UAS memang mumpuni. Sebagai seorang muslim, aku acungkan jempol. Tapi di luar soal itu, aku nggak yes. Mendengar khotbahnya bisa berpotensi menyulut api kebencian pada non muslim.
Jadi, Singapura sudah betul. Mereka mengantisipasi itu. Bagaimana bisa tercipta toleransi dan kehidupan yang harmoni kalau ada rasa benci sesama penganut agama yang berbeda. Waspada oke saja, tapi benci jangan.
Untuk memperlihatkan kebaikan agamamu nggak perlu menjelek-jelekan agama lain. Nek aku cukup meyakini dan sebisa mungkin mengamalkan ajaran agama. Nggak usah berdebat dan eker-ekeran. Hanya "anak kecil" yang berdebat soal agama.
Ada akun di YouTube yang namanya Tanparagi yang selalu memancing adrenalin untuk berdebat karena postingannya mendiskreditkan Islam. Sepintas seperti akun orang Islam, padahal anti Islam. Di sana banyak "anak kecil" yang terseret dalam perdebatan tolol.
Agama itu untuk diyakini dan diamalkan, tidak untuk diperdebatkan. Wong podo gak eruhe. Hanya berdasar "katanya".
Ceramah UAS itu lebih cocok untuk "anak kecil" yang masih mabuk syariat. Anak kecil yang harus ditakut-takuti neraka dan diiming-imingi surga agar mau ibadah. Yang gampang mengkafirkan dan memahami dalil-dalil layaknya hukum pidana, nggak dipahami substansinya.