Kita ini generasi yang sangat sangat beruntung. Karena hidup di zaman yang serba instan. Lha ya'opo semua tinggal meneruskan, mengembangkan apa yang sudah dirintis oleh mbah-mbah kita dulu. Bahkan tinggal makai, tinggal menikmati hasil kerja keras, kesabaran, pengorbanan mereka.
Apa jadinya kalau kita hidup di zamannya Nabi-Nabi. Pasti kita jadi penjahatnya, ikut gengnya Abu Lahab. Lha wong awake dewe iki hobine ngremehno dan ngeyelan. Angel aturane.
Bayangkan saja kalau kita tetangganya Nabi Ibrahim. Bakalan misuh pol-polan saat lihat Ibrahim akan menyembelih Ismail, anaknya sendiri. Karena kita terbiasa hanya melihat apa yang tampak mata. Sama sekali nggak tahu apa yang melatarbelakangi perbuatan itu.
Dialoge mungkin koyok ngene :
Giman : "Him, karepmu opo kon iku. Arek cilik kok dibeleh. Ya'opo se. Gendeng ta?"
Ibrahim : "Lho Man, iki perintah Alloh.."
Giman : "Gak awoh-awohan. Awoh cap opo iku. Perintah kok mbeleh arek cilik. Ngawur ae. Ojok ngelindur talah.."
Ibrahim : "Lambemu...Ojok ngelamak kon. Nek gak iso meneng awakmu sing tak beleh.."
Giman : "Jasik..Nabi kisruh kon iku."
Akhire Giman karo Ibrahim gelut.....(bersambung).
Ajur Jum.