Tulisan ini sudah aku tulis di akun IG-ku. Tapi karena di sana dibatasi jumlah hurufnya, jadi aku putuskan menulis versi expanded-nya di sini.
Jadi begini, selama ini Cak Nun (atau Mbah Nun monggo saja) telah mengajarkan kita menanam. Bagaimana selama ini  beliau menanamkan kebaikan, kesadaran, kewaspadaan,  semangat, kebesaran dan keluasan hati pada generasi muda.Â
Cak Nun mengajarkan alternatif cara hidup yang asyik, baik, dan indah. Yang membuat hidup kita jadi lebih ringan.
Karena tugas manusia itu memang menanam. Nggak ada kewajiban panen. Soal panen atau enggak itu urusan Tuhan. Urusan manusia cuman berusaha. Soal nanti sukses atau tidak, Tuhanlah yang berhak menentukan.
Menanam kebaikan jangan pernah berharap dibalas kebaikan. Nothing to lose saja. Apalagi sama orang endonesyah yang sangat pandai ngirit itu. Dikasih ucapan "terimakasih" itu sudah sangat bagus. Jangan berharap ditraktir apalagi dikasih bingkisan. Ojok sampek. Gelo kon engkok.
Jadi, manusia itu tidak diwajibkan sukses. Sukses  ya Alhamdulillah, nggak sukses yo gak popo. Kate lapo kon. Kewajiban kita cuman berjalan di jalan yang lurus sesuai dengan perintahNya. Sekali-kali ngepot yo gak popo. Kadang yo off road.
Kita cuman manusia yang bisa salah. Tuhan tidak menuntut di luar batas kemampuan hambaNya. Tapi manusia juga diwajibkan berusaha keras tetap berada di jalanNya. Ojok nggampangno.
Di alam kubur kita nggak ditanya seberapa besar kekayaanmu, seberapa banyak titel dan jabatanmu, tapi seberapa tekun ibadahmu, seberapa kesungguhanmu mencintaiNya.
Ojok terlalu yakin hidupmu bakalan sukses besar secara materi. Tapi juga jangan pesimis.
Ada orang terobsesi sukses yang namanya dikasih embel-embel 'harus sukses', 'pasti sukses', atau lainnya. Biasanya untuk nama akun medsos. Misalnya Paimo Harus Sukses, Sanusi Pasti kaya, atau Gimo Wajib Sukses. Itu sebenarnya nggak etis. Yang memastikan sukses atau tidaknya manusia itu Tuhan.
Karena Tuhan bukan pegawaimu yang bisa seenaknya disuruh-suruh. Dalam soal nasib, posisi manusia itu bukan di 'pasti' tapi di 'Insya Allah', kalau Tuhan mengijinkan.