Ayu Gusfans itu masih anak-anak, tapi cabikan gitarnya gila men. Nomor-nomor milik Yngwie Malmsteen, Jason Becker, Andy James, dan gitaris legend lainnya dimainkan dengan sangat ciamik. Nggak cuman cepat, soul-nya juga oke. Lagu dengan komposisi yang mbulet jadi terlihat gampang di tangan dia. Untung aku sudah nggak main gitar lagi. Kalau tidak, bisa stress aku kalah sama anak kecil.
Bahkan di umur 10 tahun Ayu Gusfans sudah qatam permainan gitar lagu "Through the Fire and Flames" dari Dragon Force. Melodi di lagu ini benar-benar rumit tapi dimainkan oleh Ayu dengan sangat rileksnya bla bla bla percuma dijabarno, paling awakmu yo gak paham.
Harusnya negara berburu anak-anak hebat itu. Negara yang butuh orang hebat, bukan sebaliknya. Selamatkan mereka, sebelum dipaksa bapaknya jadi pegawai negeri.
Sori aku tidak sedang mendiskreditkan pegawai negeri. Bukan itu poinnya. Ini soal menghargai bakat, anugerah pemberian Tuhan. Karena tidak semua orang punya anugerah seperti itu. Sayang kalau bakat besar harus dimatikan hanya karena takut nggak jadi orang kaya.
Wajar kalau ingin kaya, aku juga ingin kaya. Tapi apa asyiknya kaya kalau mengingkari anugerah. Karena puncak kesuksesan manusia sejatinya adalah bahagia.
Kita adalah bangsa hebat yang tidak tahu kehebatannya sendiri. Â Karena bibit -bibit kehebatan itu tidak bersemai. Negara telah membunuh potensi bangsanya dengan kebijakan yang tidak menguntungkan rakyat dan menenggelamkan bakat manusia.
Sistem outsourcing, upah rendah dan segala macamnya itu telah membuyarkan mimpi-mimpi indah. Saking fokusnya kerja keras cari makan sampai tidak kenal dirinya. Lupa dengan talenta yang dia punya. Dan rakyat  pun cari selamat, berduyun-duyun meraih mimpi Indonesia --> jadi  pegawai negeri. Bagaimana caranya kerja nggak keluar keringat tapi hari tua terjamin. Beres.
-Robbi Gandamana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H