Penumpang sudah berjubel gak karu-karuan tapi terus saja diisi penumpang. Keneknya selalu bilang ke calon penumpang, "Ayo naik, masih kosong!" Kosong ndasmu.
Dulu saat awal kerja di Solo, ke mana-mana naik bis kota. Penumpang sudah full banget tapi masih terus diisi. Dipadakno iwak asin. Berdesak-desakan, mambu keringet, dan berdiri terus sampai tempat tujuan. Saat itu khusus pelajar bayarnya cuman seribu rupiah. Aku ikutan mbayar segitu. Kernetnya nggak berani protes, doi cuman ngomel, "Nyewu kabeh!"
Generasi jadul punya ketahanan tubuh yang lebih oke dibandingkan dengan generasi Milenial. Apalagi mereka yang tiap hari konsumsinya makanan penuh pengawet: mie instan dan kawan-kawan. Akhire ususe rantas, tipis, gampang masuk angin.
Tapi mabuk perjalanan itu bukan hal yang serius. Hanya cukup ditangani dengan obat anti mabuk. Dan tentu saja bukan hal yang memalukan. Menjadi seolah-olah memalukan karena kisah orang yang mabuk dalam perjalanan dijadikan bahan guyonan atau ejekan.
Kenangan saat mabuk diungkit-ungkit terus dan diberitahukan ke banyak orang, "Masio awake tekel, raine sangar dan gondrong, Gendon iku nek numpak bis mesti mutah...ndeso...bla bla bla." Swempruol. Sudah nggak empati, malah mempermalukan teman sendiri. Raimu.
-Robbi Gandamana-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI