Sampai sekarang mabuk perjalanan (muntah karena masuk angin) masih dianggap aib bagi sebagian orang. Apalagi kalau dia seorang pria macho kekar dan sangar. Pasti tengsin berat kalau ketahuan muntah-muntah di bis atau angkutan umum lainnya. Gak mecing blas, sangar kok mutahan.
Susah memang jadi orang yang gampang mabuk darat, laut, udara maupun kepolisian (??, memangnya militer). Kebanyakan mereka sangat menyembunyikan rapat-rapat kekurangannya itu. Hanya sedikit teman yang tahu kalau dia sering "mabuk". Tapi selalu ada kejadian konyol yang membuat mereka kehilangan muka.
Ada seseorang yang diantarkan temannya ke terminal karena mau pulang kampung. Sebut saja namanya Dalijo. Ndilalah sampai sana langsung dapat bis yang siap berangkat. Dalijo pun cepat-cepat naik. Ketika bis akan berangkat, ndilalah teman yang mengantarnya tadi teriak kencang, "Jo, muduno disik.... Antimomu ketinggalan di kantor!!"
Muka Dalijo langsung bersemu merah, tengsin berat, karena banyak orang yang memandang wajahnya dengan senyum aneh. Dia pun pura-pura nggak dengar dan pura-pura nggak kenal temannya tadi. Wasyu tenan.
Ada juga seorang anak mengingatkan bapaknya dengan suara kenceng, yang saat itu berada dalam bis yang melaju, baru saja keluar dari terminal, "Yah, Antimo Ayah ada di tasku!" Taekk, maki ayahnya yang gondrong itu dalam hati. Dadi konangan kalau dia seorang kolektor Antimo.
Ketika kantor mengadakan acara piknik ke luar kota, nggak jarang dari mereka yang nggak ikut. Alasannya macem-macem, yang nggak suka tempatnya lah, yang banyak acara lah, tapi sebenarnya itu hanya untuk menutupi kekurangannya --> mabuk darat. Walau nggak selalu begitu, ada memang yang benar-benar nggak bisa ikut karena ada kepentingan.
Mabuk, muntah karena masuk angin itu bukan aib. Dan sangat mudah diatasi. Tapi semua tergantung orangnya juga. Sudah tahu mabukan tapi nggak mau minum obat anti mabuk. Harusnya juga tanpa minum obat pun kalau kita yakin dengan sugesti kita, nggak bakalan mabuk. Tapi kalau sudah parah, agak repot juga. Jangankan naik bis, naik becak saja mabuk.
Piknik kantor itu bertujuan untuk membangun keakraban, hubungan batin antar karyawan (koyok ngerti-ngertio ae). Kalau hati sudah nyambung, interaksi jadi lebih cair bla bla bla kiro-kiro ngono lah. Nek kurang jelas takok Mbahmu.
Jadi nggak cuman acara senang-senang atau refreshing. Sayang kalau nggak ikut. Nek aku mesti melok. Apalagi kalau gratisan, makan ditanggung. Walau cuman nongkrong di Malioboro, ayuukk.. siapp! Selama masih bisa bersama, mari kita ciptakan kenangan indah.
Zaman sekarang sepertinya lebih banyak anak pengidap mabuk perjalanan (bahasa kerennya Motion Sickness). Lha ya'opo, dari lahir ceprot sampai dewasa tidak pernah sekalipun naik angkot atau bis kota. Ke mana-mana naik motor atau mobil pribadi. Tidak pernah dilatih atau dibiasakan dengan goncangan khas sopir angkot yang kejar-kejaran rebutan penumpang.
Generasi Milenial belum pernah punya pengalaman naik angkot yang melewati pasar tradisional. Penumpangnya embok-embok bakul yang membawa dagangan telo, brambang, pitik urip, dan barang dagangan lainnya. Baunya nano nano. Apalagi keringat mereka bercucuran memenuhi badan. Perfect! Perut langsung mual, serasa mau pingsan saja.