Jadi lagu "Andaikan kau datang" itu termasuk lagu religi  (walau sebenarnya nggak ada lagu religi, lagu ateis, lagu iblis, dst) karena berpesan tentang kematian. Ingat, nasehat yang paling baik itu kematian.
Orang yang bikin lagu agar didengarkan banyak orang dan abadi itu ada dua macam cara. Pertama dengan menggunakan lirik yang sederhana. Agar mudah dipahami. Kedua, lagu itu dititipkan ke anak-anak, agar pesannya abadi. Seperti lagu "Gundul-Gundul Pacul" karangan Sunan Kalijaga yang selama ini kita kira lagu dolanan anak-anak, ternyata memuat pesan kepemimpinan politik.
Koes Plus juga begitu. Lagu ciptaan Tony Koeswoyo punya pesan yang filosofis karena beliau suka filsafat. Semua lagunya bersumber dari Al Qur'an, Injil, Gitanjali, Bhagawad Gita, Vivekananda, dan lain sebagainya.
Ketika Koes Bersaudara ditangkap dan dijebloskan ke penjara (3 bulan), itu adalah proyek politik untuk Koes Bersaudara dari pemerintah Indonesia rezim Soekarno. Aslinya Soekarno sama sekali tidak membenci Koes Bersaudara. Itu semua cuman akting. Agar seluruh dunia (terutama Malaysia) mengira Koes Bersaudara sudah di-persona non grata-kan (orang yang tidak diinginkan) oleh Indonesia.
Saat itu Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia, rebutan Kalimantan Utara. Koes Bersaudara akan dijadikan intelijen tandingan (counter intelligence) di Malaysia. Untuk itulah semua personel Koes Bersaudara di penjara, setelah itu diam-diam keluar dan eksodus ke Malaysia.
Di Malaysia Tony Koeswoyo bersaudara akan berkiprah dan jadi tokoh di sana, tapi juga diam-diam memata-matai Malaysia. Namun sayang itu semua gagal, karena keburu ada pemberontakan G30S PKI dan Soekarno dilengserkan.
Harusnya Tony Koeswoyo dan adik-adiknya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Mereka mau jadi patriot Indonesia. Demi negara, mereka rela mengorbankan kariernya, mau dipenjara dan dijelek-jelekan nama baiknya oleh Soekarno. Jarang ada band anak muda yang rela diperlakukan seperti itu. Kalau itu terjadi, mereka langsung lapor ke Polsek. Somasi.
Koes Bersaudara pula yang jadi band pelopor mencipta dan merekam lagu berbahasa Indonesia, walau pada awalnya berkiblat musik barat (sebagai referensi). Tradisi membawakan lagu ciptaan sendiri adalah tradisi yang diciptakan Koes Bersuadara dan diteruskan oleh Koes Plus. Zaman dulu sampai sekarang sepertinya bangsa Indonesia itu inferior, minder dengan bahasanya sendiri. Al Fatihah buat beliau.
-Robbi Gandamana -
(Disarikan dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H