Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Basuki, Pengapling Surga, dan Check Sound Terompet

2 Desember 2016   10:00 Diperbarui: 2 Desember 2016   16:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ustadz Syuaibzz Bin Khoqyah (embuh sopo iku) tak bosan-bosannya mengingatkan, "Haram hukumnya dipimpin oleh pemimpin non muslim..," membuatku ingat pitutur simbah.

Simbah sering ngomong soal pemimpin. Pemimpin itu banyak macamnya, Gubernur atau Presiden itu bukan pemimpin umat. Gubernur itu petugas administrasi nomer 1 di wilayah provinsi, sedang presiden adalah petugas admin nomer 1 di wilayah nasional.

Gubernur dan presiden itu buruhnya rakyat. mereka dibayar rakyat untuk ngurusi negara. Rakyat adalah juragannya negara. Jadi mereka bukan pemimpin umat. Pemimpin umat itu tidak dibayar, karena itu pekerjaan Tuhan. Sudah dicontohkan oleh Buya Hamka ketika menjabat ketua MUI 1975 - 1980, beliau menolak menerima gaji. Karena memang ulama itu bukan profesi. Kerjaan ulama itu berdakwah, melayani umat.

Tapi MUI itu pun juga bukan pemimpin umat. Itu kumpulan ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani umat. Ada yang memang diangkat jadi ulama oleh umat, tapi ada juga yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai ulama. Ra popo..

Umat Islam sendiri tak pernah benar-benar mencari pemimpin umat (seperti Paus pada agama Khatolik). Karena tiap golongan (madzhab, sekte dan sejenisnya) sibuk dengan dirinya. Bahkan tidak mau berbaur dengan yang lain golongan. Sampai harus ada Parade Tauhid, karena tiap pemimpin Islam males (gengsi) bersatu. Tauhid kok dibikin pawai, oalaa..hanya ada di negeri ini.

Tapi itu memang sudah digariskan, bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 golongan dan cuman 1 golongan yang diterima Allah. Ketika itu terjadi, kiamat akan tiba.

Sepertinya memang sudah mencapai 73 golongan, tinggal nunggu tiupan terompet tanda kiamat dari malaikat Israfil yg sempat check sound kemarin (ingat fenomena suara ganjil di langit beberapa waktu lalu).

Konyolnya ada satu golongan yang ngeklaim bahwa golongannya yang bakal diterima di sisi Allah. Golongan ini sukanya menuding orang yang tak sepaham : "sesat!" Jahanam!". Tapi no problem, lebih baik pede daripada minder..ya khan?

Kupikir bangsa ini sudah pluralis sejak dulu. Berbagai macam suku, ras, agama, aliran, adat budaya, setan, jin, gendruwo bisa hidup rukun dalam harmoni sehingga dikagumi oleh bangsa-bangsa Arab.

Kita malah kagum sama Arab yang tak pernah akur, perang terusssss. Warna kulitnya sama, bahasanya sama, raine mirip-mirip, rambute kriting kabeh, adat dan budayanya relatif sama, agamanya juga kebanyakan Islam..tapi gampang sekali perang meletus. Senggol bacok.

Saya muslim, nggak begitu setuju dengan sistem Demokrasi yg dianut negeri ini (juga nggak tahu solusi penggantinya :)) tapi juga nggak yakin dengan sistem Khilafah. Karena khilafah memakai hukum Islam yang cuman untuk umat muslim. Bagaimana dengan Bali, Papua, Dayak, atau suku lain yang mayoritas non muslim. Betapa egoisnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun