Judul yang sangat sombong di atas adalah refleksi dari sebuah judul tulisan di Kompasiana yang kira-kira seperti ini : "Tulisan Saya Bagus, Kenapa Tidak Dijadikan Headline?". Kalau nggak salah penulisnya adalah bapak kita Kartono (antonim dari ibu kita Kartini huwehehe), salah seorang kompasianer handal.
Judul tulisan Pakde Kartono tadi bagi saya adalah naif, seperti anak kecil yang nggak kebagian kue dan merengek pada ibunya, sementara saudaranya kebagian kue semua. Saya sendiri nggak baca artikelnya, yang saya baca cuma judulnya. Sori mblo, nggak penting..!
Saya sengaja menghindari membaca tulisan seperti : Syarat rukun tulisan dijadikan headline, jadi populer, jadi orang top, dan sebagainya. Karena itu membuat saya tergoda untuk berpamrih, lari dari kemurnian, kesucian atau kesejatian. Memang terdengar sok suci, sok sufi dan sok alim.Â
Terserah penilaian ente, gak ngurus! Karena saya menulis tidak bertujuan untuk dijadikan headline atau jadi populer. Yang penting saya menulis sebaik (ukuran saya) dan se-otentik mungkin, itu saja.Â
Soal tulisan dibaca atau tidak itu tergantung kreatifitas penulisnya. Nggak perlu teori muluk-muluk. Misal judulnya dibikin heboh tapi tidak menyinggung SARA : "Jokowi Diduga Belum Sunat". Kalau masih diduga khan tidak masalah mblo. Dan artikelnya ternyata memang tidak membuktikan Jokowi belum sunat. Kebanyakan orang memang gampang 'dibodohkan' dengan judul. Salahe sopo...
Kita (Kompasianer) menulis berita atau opini itu otentik, karena dorongan dari hati dan ingin berbagi. Kalau wartawan atau jurnalis itu harus membuat berita, mau atau tidak mau, karena tuntutan kerja. Itulah yang membuat saya salut pada Kompasianer yang mau meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk menulis gratis di Kompasiana.Â
Kok yo gelem-geleme nulis panjang lebar gak dibayar. Kadang tulisanya dibikin bersambung. Ganok penggawean liyo ta mblo..:)
Dijadikan headline atau jadi populer bagi saya itu cuman efek samping, bukan tujuan. Soal tulisan itu baik atau tidak (secara teori), itu masalah proses. Apapun itu kalau dilakukan terus menerus pasti akan bertambah baik dari sebelumnya.Â
Dan tulisan yang dijadikan headline belum tentu tulisan yang baik. Banyak sekali faktor yang menentukan dan kebanyakan penilaiannya subyektif. Apalagi menulis di Kompasiana atau blog pribadi, nggak perlu pakai teori macem-macem. Lain hal kalau kita menulis skripsi atau disertasi...ndas mumet mblo!.
Okelah, kita menulis memang inginnya dibaca orang. Tapi nggak jaminan kalau tulisan tidak dijadikan headline terus nggak ada pembacanya. Kategori 'Headline', 'Terpopuler' atau 'Terkomentari' itu bagi saya omong kosong! Taek kabeh! (bukan konten tulisannya lho. tapi peng-kategori-annya).Â
Kategori-kategori semacam itu tujuannya cuman bikin ramai atau meriah suasana. Dan yang pasti si Admin jadi ada kerjaan, sori mblo..Coba kalau ada waktu cek tulisan saya di sini yang sudah dibaca dan di-share ribuan orang tapi tidak dijadikan headline atau masuk kategori populer (dan saya tidak berharap itu) :Â