Saya rasa jarang ada orang yang begitu ikhlas, berani, cerdas, arif seperti beliau. Walaupun pendidikannya cuman sampai semester 1 fakultas Ekonomi UGM tapi otaknya melebihi seorang profesor. Profesor pun minder kalau disandingkan dengan Cak Nun. Karena beliau adalah berlian yang intelektualitasnya mumpuni.
Banyak sekali aktifitas Cak Nun demi keutuhan NKRI yang tak pernah diakui, ditulis dalam sejarah Indonesia. Dan sekarang beliau memutuskan untuk out of the box dari semua itu. Indonesia mengalami sakit kronis parah. Ilmu manusia pun nggak sanggup untuk menyembuhkan Indonesia.
Cak Nun pun tak lagi mau tampil di media nasional. Menyibukan diri dalam kegiatan pengajian, shalawatan dan semacamnya (Mocopat Syafaat, Juguran Syafaat, Kenduri Cinta, Bang Bang Wetan dan sebagainya).
Cak Nun tidak mengakui negara Indonesia. Beliau cuma seorang penduduk Indonesia saja.
"Saya tidak menganjurkan anda Golput...tapi kalau anda nggak Golput itu goblok..! Wis ngerti dike'i taek kok yo gelem ae...tiap lima tahun sekali dike'i taek kok yo ora kapok-kapok..! Terus anda masih penasaran : 'jangan-jangan ini lidah saya ya..? lho kok pahit..lho kok??'.."
Dalam setiap acara seminar, sarasehan atau apa pun namanya Cak Nun tidak pernah perduli soal honor. Dibayar atau tidak dibayar bagi Cak Nun tak masalah. Cak Nun mewanti-wanti pada manajemen yang ngurusi Cak Nun untuk tidak menyebutkan angka. "Berapa sih yang akan anda bayarkan pada saya??...dibayar berapapun nggak akan cukup!...Maka lebih baik tidak usah. Bukannya saya hebat...tapi saya takut menyinggung perasaan Tuhan. Urusan Akhlak dan dagang harus dipisahkan. Jangan sampai akhlak dikapitalisasi."
Ustadz dibayar itu bukan karena transfer ilmunya, tapi karena tenaganya, waktunya yang dikorbankan, akomodasinya dan seterusnya. Karena itu tidak selayaknya kalau ada Ustadz, Motivator, Guru Ngaji pasang tarif.
Cak Nun yang menyebarkan kebaikan, membuka pori-pori kecerdasan, mencerahkan, membesarkan hati para jamaahnya tanpa minta imbalan apa pun. Beliau selalu memposisikan sama dengan jamaahnya. Sama-sama belajar dan mencari kebenaran bersama.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Berikut ini cuplikan beberapa pituturnya tentang ketidakinginanya untuk dikultuskan :
"Awas kalau sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami taat) sama saya....tak tonyo ndasmu..!
Karena di maiyah ini semua orang berposisi sama.
Di sini tidak ada kyai-nya, tidak ada imam-nya, tidak ada mursid-nya, tidak ada syekh-nya.
Biasanya khan sebuah perkumpulan pengajian atau tariqat ada 'ndas-ndasane' yang harus ditaati sama jamaahnya.
Yang harus anda taati hanya Rasullulah dan Allah..bukan saya...saya nggak mau..!
Soalnya kalau anda taat sama saya..Saat kamu nyolong..saya nggk bisa nolong kamu di akhirat.
Hanya Allah dan syafaat Rasulullah yang bisa menolong kamu.