Banyak yang menyebutnya sebagai kyai mbeling. Dalam ceramahnya, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun nggak jarang menggunakan kata-kata yang sangat rakyat jelata(ndasmu, asu, jancok, taek, dsb) dan nylekit. Yang tentu saja menyesuaikan dengan audience-nya saat itu (tidak di depan anak kecil atau semacamnya).
Cak Nun sengaja begitu agar tidak dikultuskan, tidak ingin di-wali-wali-kan oleh jamaahnya. Kalau orang yang pikirannya linier, sempit, tidak paham kontek, nggk kenal beliau..pasti bakalan berpikiran negatif, mengkafir-kafirkan.
Pernah suatu kali saat diundang di sebuah sarasehan, Cak Nun menyebutkan bahwa kita ini sesat, ulama-ulamanya sesat, semuanya sesat.
"Coba tunjukkan satu saja di Indonesia ini yang tidak sesat," kata Cak Nun saat itu.
Mereka yang tidak kenal dan tidak terbiasa dengan omongan Cak Nun, marah besar. Terutama mereka-mereka yang masih muda.
Kita memang masih sesat karena setiap kita sholat diwajibkan membaca ayat 'Ihdinash Shirathal Mustaqim' yang artinya tunjukilah kami jalan yang lurus.
"Kalau sudah merasa lurus dan benar maka nggak usah ikut pengajian..di sini tempatnya orang sesat yang terus mencari kebenaran dan jalan yang lurus."
Cak Nun tidak ingin masyarakat umum mengenalnya sebagai kyai, haji, ustadz atau gelar-gelar semacam itu. Beliau sengaja mencopot gelar-gelar tersebut. Pernah suatu kali Cak Nun jadi seorang pembicara dalam acara seminar. Panitia membuat Spanduk penyambutan yang isinya kurang lebih : "Selamat datang KH Emha Ainun Nadjib...."
Cak Nun pun bercanda sama panitia-nya, "Mas kalau gelar saya Kyai Haji..terus gelarnya Rasullulah apa mas ..: Kanjeng sepuh Kyai Haji Panglima Besar Waliyullah Nabiullah blablablablablabla..Muhammmad SAW."
Dan kayaknya Cak Nun berhasil dengan cita-citanya itu. Kebanyakan orang menganggapnya sebagai tokoh budaya, penyair atau seniman. Ketika ada jamaahnya Cak Nun yang bicara pemikiran (bukan ajaran) Cak Nun tentang agama, mereka sinis : "Kok percaya sama omongannya penyair... belajar agama kok dari seorang budayawan..!"
Tongkrongannya pun biasa saja, tidak menampakan diri sebagai seorang kyai. Menurut beliau :
"Agama itu letaknya di dapur, nggak perlu dipamerkan di warungnya...nggak masalah kamu masak di dapur pakai gas, kompor biasa atau apa pun yang penting yang kamu sajikan di ruang tamu adalah masakan yang menyenangkan semua orang..begitu juga dengan agama, nggak masalah agama apapun yang di anut yang penting output di masyarakat itu baik..jadi orang yang mengamankan, menentramkan, menolong saat dibutuhkan.."
Cak Nun adalah salah satu tokoh gerakan reformasi (yang tidak diakui negeri ini), melengserkan sekaligus guru ngajinya Presiden Soeharto. Yang membujuk Gus Dur untuk mau jadi presiden dan mengajaknya meninggalkan istana saat Gus Dur di-impeachment oleh MPR.
"Lapo sampeyan nang istana setan...ayo mulih nang istana malaikat..!" ajak Cak Nun pada Gus dur.
"Nang endi istana malaikat iku Cak..?" tanya Gus Dur.
"Yo nang Ciganjur (rumah Gus Dur)..!" jawab Cak Nun.
Setelah itu Gus Dur keluar istana cuman pakai kaos oblong dan celana kolor.