Mohon tunggu...
Robbi Aannasrulloh
Robbi Aannasrulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

manusia setengah air

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terdampak Covid-19, Penyedia Moda Transportasi Umum Kini Menjerit

28 Oktober 2020   19:32 Diperbarui: 28 Oktober 2020   19:37 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

SOLO - Pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah mengakibatkan pergeseran kebiasaan di masyarakat. Masyarakat dirundung cemas serta waspada ketika menggunakan transportasi umum utamanya jika timbul interaksi antar penumpang, akhirnya beralih pada transportasi pribadi. Pasar Klewer sebagai pusat grosir pakaian terbesar se-soloraya tak luput dari imbas tersebut. Kondisi disekitaran pasar nampak para penyedia moda transportasi duduk berjejeran menunggu penumpang.

Penurunan jumlah penumpang dirasakan baik dari moda transportasi online maupun offline. Penyedia moda transportasi mengeluhkan sulitnya mencari penumpang di tengah kondisi pandemi Covid-19. Hal ini tentunya akan sejalan dengan jumlah penghasilan yang diperoleh.

Selaku penarik becak, Marno (68) menjelaskan sebelum pandemi Covid-19 penurunan jumlah penumpang sudah dirasakan dari pembangunan Pasar Klewer. Kemudian diserang dengan Corona pendapatannya kian menjadi tidak menentu.

"Sehari gak mesti pernah kosong dua hari senin sama selasa, rabu ini narik satu kali. Narik 1-2 kali paling tarikan gak ada yang jauh, palingan 10 ribu deket-deket sini. Untuk bantuan saya dapat dari pemerintah 600 ribu tapi sekarang tinggal 300 ribu saja" pungkasnya.

Penurunan jumlah penumpang juga dirasakan oleh supir angkutan kota. Keberadaan angkutan kota di Pasar Klewer kini terhitung tinggal 1-3 kendaraan saja. Di samping itu, carteran untuk kegiatan sosial maupun keagamaan sangat macet dikarenakan adanya himbauan unuk tidak berkerumun dari pemerintah. Diono (51) menjelaskan sehari-harinya kini ia hanya mengantar langganan penumpang dari pedagang Pasar Gede.

"Saya itu sejak Corona awal sampai ini tidak kerja. Ini cuma main-main soalnya tidak ada penumpang sama sekali. Penurunan sampai 70 persen. Saya keluar jagani kalau ada carteran, sama ini mau jemput pedagang dari Pasar Gede" Tuturnya.  

Bapak dari tiga orang anak ini menambahkan bahwa ia juga mendapatkan bantuan berupa sembako dari Dinas Perhubungan sewaktu awal Corona namun tidak ada kelanjutan sampai saat ini.

Senada dengan yang disampaikan mereka, BPP (20) driver ojek online menuturkan pendapatan rata-rata ketika mangkal selama pandemi Covid-19 hanya sekitar 24.000 rupiah belum untuk pengeluaran bensinnya. Ditambah lagi tidak adanya bantuan sosial yang diterima dari pemerintah. Kini ia mulai menyambi berjualan pulsa guna menutupi kebutuhan sehari-hari.

"Ada beberapa teman saya keluar dari ojek online karena dirasa tidak bisa mencukupi kebutuhannya, berganti pekerjaan lain begitu. Karena saya belum punya pekerjaan lain terpaksa menekuni pekerjaan ini" tambahnya.

Seperti yang dilansir pada CNBC Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, menuturkan pemerintah terus berupaya untuk mendongkrak pemulihan dengan memastikan ketersediaan dan layanan angkutan umum yang tersedia melaksanakan penyesuaian dengan penerapan protokol kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun