Satir tapi Realistis, Kumpulan Puisi Racuni Jiwa Naungi Hati  (Staff Khusus Milenial Presiden, Billy Mambrasar)
MENGUMPULKAN Â banyak puisi di Kompasiana sebagai perpustakaan membayakan seperti Kotak Pandora. Dikutip dari Wikibuku bahasa Indonesi, Kotak Pandora adalah guci indah yang diberikan oleh para dewa kepada wanita manusia pertama, Pandora, pada pesta pernikahan Pandora dengan Epimetheus. Akan tetapi Pandora dilarang untuk membuka kotak tersebut.
Namun, Pandora amat penasaran dengan isi guci itu dan ia pun membukanya. Ternyata kotak itu berisi segala macam teror dan hal buruk bagi manusia, antara lain masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, pencurian, dusta, kedengkian, kelaparan, dan berbagai malapetaka lainnya.
Dan dengan terbukanya guci itu, segala kejahatan pun berhasil bebas dan menjangkiti umat manusia. Semua keburukan itu merupakan hukuman dari Zeus atas tindakan pencurian api Olimpus oleh Prometheus.
Pandora amat menyesali perbuatannya. Ketika ia kembali melihat ke dalam kotak, ada satu hal yang masih tersisa di dalam kotak dan tak mampu terbang bebas, hal tersebut adalah harapan.
Nah, harapan itu menjadi ledakan hati, dengan menerbitkan 100-an puisi yang kesemuanya saya tulis di Kompasiana. Dan saya harus terimaksih kepada Kompasiana, dengan cara menulis dan mengabarkannya di Kompasianan. Wujudnya kecil namun menjadi  memoar yang panjang
Menjadi anggota kompasiana dari tahun 2015 membuat saya harus melengkapi keinginan untuk menerbitkan buku puisi.Â
Kangen Meracuni Jiwa Meracuni Jiwa Menangi Hati  menjadi sampul buku puisi berwarna kuning.  Sayapun harus menghilangkan kata Kangen, hingga  sampul buku menjadai Kumpulan Puisi 'Racuni Jiwa Naungi Hati'
Â
KANGEN KITA RACUNI JIWA NAUNGI HATI
Kangen
datang seketika,
dia datang tanpa lelah.