Mohon tunggu...
Rob Januar
Rob Januar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang menikmati pagi senja kolong Jakarta...rock on!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merdekaaa...!

30 Juni 2009   23:45 Diperbarui: 20 April 2016   00:59 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pekik itu kembali ramai terdengar beberapa minggu terakhir ini. Teriakan yang awalnya ditujukan untuk membakar semangat juang rakyat Indonesia digunakan para pasangan capres-cawapres untuk menyulut simpati para pendukungnya. Ya..MERDEKAAA...! Dengan nada, tekanan, dan kepalan tangan terangkat yang sama seperti dulu.


Merunut sejarahnya, pekik perjuangan ini populer saat perang kemerdekaan Indonesia di era 1940-an. Selain sebagai penyulut semangat, "Merdeka..!" juga menjadi semacam salam diantara rakyat dan pejuang. Pekik ini makin terkenal di seluruh dunia saat rakyat Singapura dan Malaysia bergejolak menuntut kemerdekaan dari Inggris. Selanjutnya, kenangan akan pekik ini selalu dikumandangkan tiap peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Satu pertanyaan yang masih menggelitik pikiran saya, apa sebenarnya arti teriakan penuh semangat itu SEKARANG? Merdeka dari siapa? Dari apa? Merdeka buat siapa? Dulu, jawabannya jelas: Merdeka dari penjajah dan merdeka untuk seluruh rakyat Indonesia. Lalu bagaimana di era yang lebih kompleks ini? Apakah mereka yang membalas pekik salam itu terbakar semangatnya untuk BERJUANG BERSAMA MENGUSIR MUSUH MASING-MASING?

Yang paling utama, masihkah esensi perjuangan komunal dalam pekik salam itu ada di hati capres cawapres saat mereka meneriakkannya? Atau cuma teriakan kosong di siang bolong? Toh, menurut saya, dengan segala apa yang sudah mereka dapat, mereka sudah mencapai kemerdekaan mereka masing-masing. Masihkan pekik "Merdeka..!!" saat ini seperti yang dulu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun