Mohon tunggu...
Rob Januar
Rob Januar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang menikmati pagi senja kolong Jakarta...rock on!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wito, Nenek Minah Jilid Dua

4 Mei 2010   12:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:25 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_133052" align="alignleft" width="298" caption="Pencari Kayu Bakar (Kompas/Bahana Patria Gupta)"][/caption] Tadi, sambil menahan sesak, Wito berkisah tentang esok yang mungkin akan lebih suram dari penghujung sore ini. Tak ada lagi mencari rumput atau kayu bakar, sebab esok ia akan duduk sendiri, menunggu 3 ketuk palu menempel cap hitam di dahinya, bertulis: MALING!!!!! Lagi-lagi rasa keadilanku, mungkin juga kita, - semoga anda masih sesama saya hari ini - terusik. Baru saja satu stasiun TV swasta memberitakan kisah Wito, seorang pemuda lugu dari sebuah pelosok di Banyumas, Jawa Tengah. Benar...Banyumas, tempat Nenek Minah tinggal, seorang janda renta yang kemarin jadi tumbal karut marut hukum negeri ini gara-gara 3 butir buah kakao. Di tanah Banyumas pula sang nenek divonis bersalah dan menjalani beberapa bulan hari senjanya di gelapnya bui. Wito, terlihat tegar menahan air mata agar tak jatuh membuncah. Wajah polos berkulit legam itu masih mampu menyungging sekelebat senyum, getir meski pasrah. Selain raga diri dan hati, tak ada yang musti disiapkan. "Dua batang, Mas" jawabnya saat ditanya berapa pucuk pinus yang ingin ia bawa pulang buat sang emak menanak nasi. Jika sudah dipotong, harganya sepuluh ribu satu ikat. Tak mampu kubayangkan sebesar apa pinus yang mampu ditebas parang yang diayun lengan Wito, pemuda yang mungkin belum genap 40 pancaroba menikmati masa. Untuk semua itu, selepas pagi nanti dua kemarau dua penghujan ia akan gadaikan ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun