Mohon tunggu...
Prasetya Marisa
Prasetya Marisa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

Mencintai apa yang bisa dicintai. Hidup untuk masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak memiliki apapun termasuk diri sendiri. Mengejar kesempurnaan walau tak pernah sempurna. Selalu ada cela. Noda.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tiada Larangan Hari Ini

1 November 2023   08:29 Diperbarui: 4 November 2023   00:04 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ASphotofamily/Freepik

Tak ada tanda, apalagi kata. Kata jangan yang keluar dari balik kereta itu. Mungkinkah petugas kereta lupa untuk menancapkan larangan di atas kerikil cadas yang bertebaran pada rel kereta?

Atau kita yang lupa mengucap kata jangan untuk berjalan di atas rel kereta?

Kereta, yang melaju di atas rel, lebih berkuasa atas tubuh engkau,

Perempuan tua ringkih yang terseok-seok menelusuri rel tak berujung. Ingin kuucap kata jangan diujung lidah kelu. Bibirku begitu sebal untuk melarang.

Perempuan tua ringkih masih berjalan, dan dia adalah aku yang masih menapaki rel kereta terhuyung-huyung.

Setengah jam sebelum helm ku dicuri orang (dok. pribadi)
Setengah jam sebelum helm ku dicuri orang (dok. pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun