Mohon tunggu...
Prasetya Marisa
Prasetya Marisa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

Mencintai apa yang bisa dicintai. Hidup untuk masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak memiliki apapun termasuk diri sendiri. Mengejar kesempurnaan walau tak pernah sempurna. Selalu ada cela. Noda.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Hujan Turun Selepas Kemarau

28 September 2021   15:25 Diperbarui: 28 September 2021   15:28 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lama sudah. Kemarau merambah. Di kota, penduduk meresah. Tak hanya manusia berkeluh kesah, pasukan hewan-amfibi pun turut gelisah. Tanah-tanah merekah. Seperti kulit kami yang kian hari makin terbakar, memerah.

Lalu tiba langit merenda. Merenda air mata. Yang menjatuhkan diri kepada semua mahkluk di  sana. Semua memuja. Semua meraya. Semua bersuka ria. 

Manusia, hewan dan tumbuhan menari-nari. Manusia menampung air di kendi-kendi. Hewan pun tak luput mengisi. Tanah kembali basah dan siap untuk ditanami. Semua memuji. Semua mensyukuri pemberian Ilahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun