Karya Hima Septira NabbillahÂ
Divisi Public Relation and CommunicationÂ
Saat diri tertunduk bagai dala yang layu
Hanya ditemani indurasmi yang sendu
Seorang diri yang butuh peneduh
Memikirkan nasib baik telah lama tak tumbuh
Mengharapkan diri menjadi purnama
Bersinar terang di atas gema
Impresi menguap di atas tanah
Mengantarkan sebuah kisah dalam drama
Semakin diri dipaksa berjalan pada lini kehidupan
Rasa terlena akan dunia semakin angglang
Sejenak diri membutuhkan ketenangan
Memperbaiki segala amal dan perbuatan
Rasa hati bergejolak tak karuan
Menantikan keistimewaan yang jarangi dirasakan
Merindukan diri yang memperbanyak amalan
Seribu bulan yang penuh ampunan
Meninggalkan sejenak kerumitan dunia
Bersujud selagi kening masih dapat menyentuh sajadah
Memohon ampun kepada-Nya
Akan kuasa-Nya yang baka atas segalanya
Terhitung tiga puluh hari kehadiranmu
Membawa banyak cahaya seperti kumpulan lampu
Menjadi tempat untuk berteduh
Dan selalu menebarkan rasa rindu
Berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala
Hanya dengan waktu yang singkat seperti memejamkan mata
Dikerjakan segala kewajiban dan sunnah dengan penuh taqwa
Sungguh bulan yang paling mulia dari yang mulia
Bak seutas tali sepatu yang berwarna dan saling berkaitan
Bak angin yang menyapu dan membawa kebahagiaan
Kepergian Ramadhan selalu menjadi hal yang sangat menyakitkan
Semoga kelak kami dapat dipertemukan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H