Karya : Maryam Fauziah
Pintu coklat itu
Dulu begitu indah dan gagah
Berdiri cantik diantara lalu Lalang kenangan sejak tahun 90
Satu dua tiga tahun terlewati
Sampai kini, indah dan gagahnya tak kunjung bertepi.
Sepasang insan pemilik pintu coklat itu,
Kini telah dibawa umur
Merasa sepi sudah siap untuk mengunjungi.
Duduk di kursi bantalan ruang tengah
Dengan telepon genggam tua ditangan
Berharap kemudian telepon itu berbunyi
Dengan lebel panggilan, anakku sayang.
Namun, hal itu tak kunjung terjadi
Tak apa ucapnya.
Kini
Kebiasaan kami hanya duduk
Menatap pintu
dengan beribu harap
berharap
pintu coklat itu akan ramai kembali
menjadi lalu Lalang orang-orang yang kami sayangi, seperti dulu.
Kini pintu coklat itu masih saja di posisi nyamannya
Tertutup.
"oh tak apa, mereka kini sudah beranjak dewasa, punya kesibukan yang tak bisa diganggu,
Mereka sudah besar, punya urusannya masing-masing.
Ini demi kebahagiaan hidup mereka nanti"
Ucap salah satu insan tua, saling menguatkan.
Namun ketahuilah
Ucapan itu tak pernah diucapnya dengan dusta
Tak pernah diucapnya dengan benci
Tak pernah diucapnya dengan dengki
Nyatanya, ikhlas dan doa yang selalu mengiringi.
Satu dua tiga tahun terlewati
Pintu coklat tua itu kemarin terbuka lebar
Walau tak sebanyak dulu orang yang berlalu Lalang
Namun menatapnya indah terbuka
Bersama orang-orang yang kami sayangi
Membuat kami lupa rasa sepi itu
Terimakasih
Telah membuka pintu itu kembali,
Pintu coklat tua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H