Masalah keuangan bisa diakali. Gampang, kurangi budget implementasi kerja yang dapat mengurangi kualitas hasil, alihkan sebagian ke acara peresmian. Voilà ! Acara di ballroom hotel mewah! Siapa peduli jika hasil kerjanya jelek atau bahkan tidak sustainable?
Tahun 2023 kemarin, penganggaran rapat suatu daerah bahkan sempat disentil oleh Presiden Jokowi. Dari Rp 10 miliar dana untuk penanganan stunting, kurang dari Rp 2 miliar yang digunakan untuk pembelian bahan makanan bergizi. Tercatat budget untuk kunjungan dinas dan rapat-rapat mencapai Rp 3 miliar masing-masing. Angka fantastis yang menunjukkan entah ketidakmampuan atau ketidakmauan penyusunnya untuk benar-benar menyelesaikan masalah.
Mari Fokus ke Hasil, Evaluasi, dan Proyeksi
Sedih rasanya warisan budaya dengan nilai luhur ini dilucuti dari makna aslinya. Seremoni hanyalah seremoni. Ajang euforia semata. Masalah membuat perubahan berarti itu hal lain lagi.Â
Jika sungguh ingin menghasilkan output yang baik, seharusnya kita kembali ke nilai sebenarnya dari sebuah seremoni: refleksi. Apa fokus utamanya? Apa yang harus dilakukan? Sudah cukupkah usaha selama ini? Bagaimana ke depannya? Dengan begini, bersama kita tinggalkan budaya seremonial kosong itu. Bersama, kita membentuk mentalitas baru.
Penulis: Raisya Isnindira Novery (PDB110, 111231115)
Artikel ini ditulis sebagai tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Logika dan Pemikiran Kritis Universitas Airlangga 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H