Setiap kali membaca buku tentang tips, saran, tata cara, kiat-kiat untuk menjadi seorang penulis saya pasti menemukan sebuah jurus yaitu untuk menjadi penulis atau bila ingin menjadi penulis hebat maka banyak-banyaklah menulis. Masuk akal bukan? ya pastilah kalau tidak menulis mana bisa kita menjadi penulis.
Itulah yang sedang terjadi dalam diri saya. Hehehehe.. katanya mau jadi penulis tapi akhir-akhir ini tak ada satu tulisan yang dihasilkan. Bahkan setelah 1 tahun bergabung di kompasiana saya baru menulis 2 artikel. Aduh.. rasanya memalukan. Memang banyak excuse yang bisa saya lontarkan, saya sibuk dengan pekerjaan yang berbau angka, saya sibuk mengurus suami dan anak, ketika hendak menulis saya keburu lelah, tidak ada teman yang satu hobi. Tetapi haruskah saya terus menerus memahami dan membenarkan segala alasan yang pikiran saya keluarkan?
Alhasil sekalipun ide menumpuk, ketika berhadapan dengan komputer jemari malah kaku tak tau harus mengetik dan memulai dari mana? selanjutnya yang terjadi adalah penundaan dan menunda segala hal takkan pernah menyelesaikan masalah itu.
Ya.. tak pernah lagi berlatih menulis membuat segala kemampuan yang sudah ada menjadi berkurang. Ibarat pisau yang tak lagi tajam karena tak pernah di asah. Hanya bisa membanggakan masa lalu, dimana saya masih merasa "rajin menulis" dan punya karya, tetapi untuk apa masa lalu karena yang dihadapan dan yang sedang terjadi adalah saat ini. Sekarang ini. Hari ini.
Maka saya datang kembali, ingin menyelamatkan asa yang benar-benar ada, meski perlahan saya ingin belajar lagi. Belajar menulis lagi. Bersua dengan teman yang senang menulis. Semua belum terlambat bukan?
Seiring menuju wajah baru kota Bandung, saya juga ingin memiliki wajah lama di suasana yang baru. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H