Mohon tunggu...
Ruhana Maysart
Ruhana Maysart Mohon Tunggu... Mahasiswa - Insan penguntit ilmu

Jangan pernah lelah menjelajah kata demi kata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perempuan dan Kerja Domestik; Peran Publik dan Peran Domestik Tidak Bisa Dipisahkan

13 Juni 2023   23:00 Diperbarui: 13 Juni 2023   23:10 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pekerjaan domestik perempuan tidak dapat dipisahkan dengan pekerjaan yang ada di ranah publik. Karena pekerjaan domestik juga merupakan pekerjaan yang powerful. Inilah yang disampaikan oleh Ukke R. Kosasih, pendiri Kebun Kabin, dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Ruang Arsip dan Sejarah (RUAS) Perempuan Indonesia, pada Selasa (16/05/23) lalu.

Astrid Reza, periset RUAS Indonesia, mengatakan bahwa peran domestik perempuan sangat dikerdilkan pada masa Orde Baru, benar-benar ditempatkan di belakang. Sekalipun diberikan pilihan untuk tampil, tidak lain tetaplah di tempat tersembunyi.

Padahal peran publik dan peran domestik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara praktik. Pada dasarnya aktivitas yang dikerjakan seseorang, baik di dalam rumah maupun di luar rumah tetaplah sebuah aktivitas.

"Kita sebagai perempuan harus menyadari bahwa mengklaim ruang domestik perempuan itu juga merupakan suatu aksi politik atau pilihan politik perempuan," jelas Astrid.

Dalam sejarah besar, seringkali peran perempuan di ranah domestik dianggap lemah dan tidak penting. Namun, pada realita yang kita temui saat ini, kerja domestik perempuan yang dianggap sebelah mata justru menjadi pekerjaan yang sangat powerful. 

Saatnya bagi kita untuk memberikan apresiasi dan dukungan bagi perempuan yang memilih untuk bekerja di ranah publik maupun ranah domestik. Sudah menjadi keputusan yang patut dihargai bagi perempuan yang memilih perannya, baik di ranah publik maupun di ranah domestik.

Para perempuan Indonesia yang memutuskan bekerja menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) ke luar negeri, seperti Hong Kong, tidak bisa melakukan kerja domestik untuk keluarganya sendiri. Hal ini bukan berarti mereka tidak acuh pada pekerjaan domestik yang ditinggalkan di keluarganya. Karena tindakan para perempuan ini tidak lain juga untuk melakukan peran perawatan sebuah keluarga.

Keadaan demikian tentunya butuh pihak-pihak yang memberikan support. Seperti yang dikatakan oleh Hanindha Kristy, perwakilan dari Indonesian Migrant Worker Union (IMWU) Jogja, "Dengan adanya support dari orang di sekitar kita itu sangat membantu. Seperti teman-teman migran (PRT migran) yang melakukan pengasuhan jarak jauh. Dan mengupayakan peran domestik dan peran pengasuhan tetap berjalan dengan meminta suami, partner, atau keluarganya untuk mengambil peran yang lebih besar di rumahnya."

Di sisi lain, PRT yang bekerja di luar negeri tersebut juga turut berkontribusi terhadap perempuan-perempuan lain (majikannya) agar dapat berperan dalam ranah publik (bekerja).  Mereka mengambil alih pekerjaan domestik perempuan-perempuan yang bekerja di luar rumah.

"Di sinilah mereka juga memampukan perempuan-perempuan yang ada di luar negeri untuk bekerja, mereka mengambil peran domestik," pungkas Hanindha.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun