Mohon tunggu...
Robert Musung
Robert Musung Mohon Tunggu... -

Menulis demi sebuah proses perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jebakan Sebuah Kebebasan

4 Februari 2012   05:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:05 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jumat, 3 Februari 2012 13.00 Wita, somewhere in Ampenan.

Jebakan Sebuah Kebebasan

Siapa yang tidak suka kebebasan? Setiap orang menginginkan kebebasan di dalam hidupnya, namun dengan jenis dan kuantitas serta kualitas yang berbeda-beda tingkatannya. Bahkan ada beberapa orang yang rela melakukan apapun demi mendapatkan kebebasan meski berakibat buruk bagi orang lain.

Apakah kebebasan adalah hal yang baik? Tentu saja kebebasan adalah hal yang baik, jika dibarengi dengan batasan. Lalu bagaimana kebebasan yang dibatasi dapat dikatakan sebuah kebebasan? Sebuah pertanyaan yang perlu ditanyakan terlebih dahulu adalah jebakan dari sebuah kebebasan yg sebebas-bebasnya. Apa jebakannya? Apakah dapat dikatakan sebuah kebebasan jika kita memiliki ketergantungan atau terikat dengan kebebasan yang kita perjuangkan tersebut? Kebebasan dapat dikatakan kebebasan jika kita punya kebebasan untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukannya. Jika demikian bukankah kebebasan tetap dapat dikatakan kebebasan meski ada batasan.

Untuk apa kita memperjuangkan kebebasan dan memaksakan untuk tidak mau diatur dengan alasan ingin bebas jika akhirnya kebebasan yg kita inginkan tersebut justru mengikat kita. Jika sudah demikian kejadiannya, lalu apa kabar kebebasan? Hellooo.... Apakah ini artinya kita tidak perlu memperjuangkan kebebasan? Tentu harus. Jika demikian apa apa batasannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu kembali ke bagian awal tulisan ini, yaitu bahwa semua orang menginginkan kebebasan. Resiko dari keinginan semua orang ini adalah semakin besarnya kemungkinan kebebasan tanpa batas seseorang akan membuat orang lain tidak dapat merasakan / memiliki kebebasan. Oleh karena itu tentu batasannya tidak ditentukan oleh kita manusia, karena kehidupan kita yang diwarnai dosa sehingga orang paling saleh sekalipun dapat melakukan kesalahan dan berlaku kurang adil.

Lalu batasnya ditentukan oleh siapa? Tentu saja batasnya harus ditentukan oleh sistem atau pribadi yang superior dan di atas setiap manusia yang sama-sama menginginkan kebebasan. Menurutmu siapa? Ya benar. Tentu penentu batasnya adalah Tuhan. Siapa lagi pribadi yg bisa lebih adil dan maha tahu selain DIA. Dialah yang tahu kebebasan seperti apa yang akan membawa kebebasan dan sesungguhnya dari diri seorang manusia dan seluruh ciptaanNya.

Jadi, berhati-hatilah dengan keinginan kita untuk bebas karena belum tentu kebebasan yang kita inginkan tersebut adalah kebebasan yang sesungguhnya. Jangan-jangan itu hanya sebuah jebakan yang ditaruh Iblis untuk membawa kita kepada ketergantungan alias ketidakbebasan yang tersamar dibalik kebebasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun