Konvoi Motor Geda (Moge) di Yogjakarta kemarin yang menimbulkan kontroversi, merupakan puncak gunung es yang terjadi selama ini. Banyak sekali perilaku komunitas mereka di jalanan yang tidak dipublikasikan. Sehingga masyarakat luas tidak semuanya mengetahui perilaku mereka terutama masyarakat pedesaan. Masyarakat merasa hak-haknya sebagai pemakai jalan dirugikan oleh komuinitas Moge akan tetapi mereka hanya diam saja dan tidak mengerti harus berbuat apa. Saya tidak hanya melihat tanyangan salah satu TV Swasta saja yang mempertontonkan perilaku Moge. Saya juga sering berhadapan di jalan raya saat  saya melaju di jalan raya. Sebagai orang kecil yang tidak punya kekuasaan dan kekayaan saya minggir dan berhenti ditepi jalan menunggu rombongan Moge berlalu.
Saya kagum sekaligus ngeri melihat tayangan salah satu warga Yogjakarta di Condong Catur dia adalah Ulmunus Antropologi UGM 1998, yang dengan gagah perkasa berani mengingatkan rombongan Moge saat rombongan melanggar peraturan lalu lintas. Padahal disana ada aparat penegak hokum Polisi lalu lintas yang sedang bertugas. Secara yuridis bukan kewajiban salah satu warga tersebut. Yang paling bertanggung jawab adalah aparat penegak hokum.
Ternyata di Indonesia ini masih ada warga Negara yang perduli dan berani menegakkan hokum berhadapan dengan orang orang besar pelanggar hokum. Saya sendiri salah satu warga Negara yang penakut tidak berani melakukan tindakan apapapun terhadap pelanggaran hokum apalagi yang melanggar kelompok orang besar dan kuat.
Kita telah mengetahui siapa anggota kelompok penggemar Moge. Mereka adalah orang besar dan kuat di tanah air ini. Dalam bidang ekonomi, soisial politik dan di militer mereka semuanya papan atas. Apapun yang dikatakan secara verbal oleh komunitas Moge itu kita harus hargai dan hormati. Akan tetapi masyarakat luas mempunyai penilaian tersendiri terhadap perilaku komunitas Moge dalam masyarakat cq di jalan raya.
Kelompok yang kuat di Negara ini tetap kuat dan hokum sulit untuk menjangkaunya. Kelompok kuat adalah mereka yang mendapat akses kepada penyelenggara Negara. Sehingga masyarakat kecil dan lemah seperti saya dan masyarakat lainnya tentu tidak berdaya berhadapan dengan mereka para penguasa di Negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H