Awalnya saya tidak mengenal sosok satu ini, meskipun sering dengar namanya disebut-sebut bahkan sering melihat bukunya nongkrong di Gramedia, belum ada minat sama sekali membaca salahsatu atau salah tiga dari tetralogi sisi lain SBY. Apakah karena ada pak Beyenya kali yah…karena berbicara mengenai SBY berarti berbicara tentang politik. Politik?????? Topik yang paling saya tidak suka. Ternyata saya salah.
Semuanya berubah, ketika menghadiri acara ULTAH kompasiana di MU Café. Waktu itu Evi, salah seorang kompasianer yang membawa dua buku tentang Pak Beye dan menceritakan isi buku tersebut, saya sedikit tertarik. Baru sedikit loh…..lagi asyik buka-buka buku tentang Pak Beye, tiba-tiba Evi berteriak sambil menunjuk seseorang yang baru datang. “Itu Mas Inu, minta tandatangannya ah,” kata Evi. Mas Inu….siapa dia….???? Dari Evi saya baru tahu Mas Inu adalah Wisnu Nugroho penulis buku yang sedang saya pegang. Kehebohan Evi untuk meminta tandatangan membuat kami memanggil Mas Inu yang saat itu baru saja meletakkan tas ranselnya dan belum sempat duduk. Melihat kami yang memanggil sambil melambai-lambai menggunakan buku, Mas Inu menuju ke tempat kami. Tanpa basa basi, Evi langsung menyodorkan bukunya untuk segera ditandatangani. Saya melihat betapa gembiranya Evi mendapatkan tandatangan, bisa foto bareng dan duduk satu meja dengan Mas Inu. Ketertarikan saya dengan sosok satu ini belum bertambah saat itu. Ternyata saya berubah.
Pandangan saya tentang sosok satu ini mulai berubah, saya melihat begitu banyak respon positif dari para kompasianer ke sosok ini. Ada yang meminta tandatangan dan meminta foto bareng ataupun sekedar salaman. Sehubungan Mas Inu duduk di hadapan saya, otomatis semua peristiwa tersebut tidak luput dari pengamatan saya. Ihhh kayak selebritis aja, bathin saya. Saat itu saya masih tak tertarik untuk foto bareng Mas Inu, selain karena saya tidak membawa kamera juga karena saya belum mengenal sosok ini. Acara talk show pun dimulai dan salah seorang nara sumbernya adalah Mas Inu. Ada statement yang aku suka yang dikeluarkan oleh Mas Inu waktu itu yaitu mengabarkan yang tidak penting agar yang tidak penting menjadi penting, karena sesuatu itu baru dianggap penting kalo ada yang tidak penting. Gitu kira-kira yang saya tangkap. Ternyata saya penasaran dengan sosok ini.
Kepenasaran saya ditunjukkan dengan mulai mencari buku Pak Beye dan Istananya. Gilaaa….saya hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk menyelesaikan membaca buku itu. Ini merupakan satu prestasi karena saya biasanya menyelesaikan satu buku lebih dari satu jam. Emang sih isinya berisi hal-hal yang tidak penting, tapi menjadi penting ketika yang tidak penting itu dikabarkan. Saya juga mulai membaca tulisan-tulisan mas Inu di kompasiana. Ternyata saya suka….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H