Aku dulu merupakan siswadi salah satu SMK Â swasta di Trenggalek, sepanjang sekolah di jurusan TKR (Teknik Kendaraan Ringan) tak ada materi sastra.
Salah satu pelajaran sastra yang kami terima yaitu disuruh untuk bikin cerita pendek. Itu materi bahasa Indonesia yang masih aku ingat. Aku bikin cerita pendek asal-asalan. Tapi ada semacam kepuasan batiniah ketika menyerahkan cerita pendek asal-asalan itu kepada guru kami. Aku membayangkan karyaku bakal  dibaca.
Waktu itu, aku belum mengenal sastrawan seperti Chairil Anwar. Puisi yang aku tahu yaitu puisi anak-anak misalnya puisi tentang sawah, pelangi, guru, dan semacamnya. Dan materi sastra yang kuterima pertama dulu yaitu tentang pantun saat SMP.
Selebihnya saat remaja, puisi yang kutahu adalah puisi cinta. Puisi yang kubaca dari buku yang kupinjam dari tetangga dan masih kerabat. Ia bekerja di kota. Ketika pulang ia membawa buku.
Ketika berangkat kerja lagi, buku itu ditinggal di rumah. Maka, aku meminjamnya. Buku puisi itu bukan murni buku puisi. Melainkan semacam buku kumpulan surat. Buku itu jelas bukan buku sastra. Semacam buku bacaan buat ABG yang lagi kasmaran. Surat-surat dalam buku itu, memuat surat saling balas dari sepasang kekasih. Â Namun aku tidak tuntas membacanya karena membosankan.
Saat SMP, aku kurang dalam literasi seperti membaca buku. Tak ada budaya literasi di sekolah maupun di rumah. Sehingga tak ada yang mendorongku atau memotivasiku untuk membaca.
Lingkunganku yang berada di desa, membuatkku lebih akrab dengan hutan, pohon, ladang, sungai, sawah, burung, kambing, sapi.
Kesadaran literasi itu bermula saat sekolah di SMK yang berada di kota. Waktu itu,  aku bosan di kelas. Suatu hari  ketika jam kosong, saya main-main ke kelas SMA (masih satu yayasan).
Di ruang kelas yang kumasuki, di papan tulisnya yang masih menggunakan kapur tertulis "Sajak Putih" karya Chairil Anwar. Sajak itu memenuhi seluruh papan tulis. Ukuran hurufnya besar dan yang menuliskannya berbakat menulis indah. Saya membacanya dan, wah! Puisinya keren.
Sejak itu aku tertarik dengan buku. Menyempatkan bertanya soal Perpustakaan Daerah (PERPUSDA) pada teman-teman yang domisilnya asli kota. Gimana cara daftar jadi anggota? Apa saja syaratnya ? Buku apa saja yang ada di PERPUSDA? Maklum anak desa asli. Jadi serba tidak tahu soal PERPUSDA.