Mohon tunggu...
RM DaffaLazuardi
RM DaffaLazuardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis puisi, membaca novel, sejarah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pembelaan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan

17 Desember 2024   12:24 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:24 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Muawiyah bin Abi Sufyan adalah khalifah pertama dari dinasti Umayyah, Muawiyah adalah putra dari Abi Sufyan dan saudara dari Ummul Mukminin Ummu Habibah binti Abi Sufyan. Ia memulai karir politiknya ketika diangkat sebagai gubernur di Syam oleh Khalifah Umar bin Khattab, dalam caranya memimpin ia cukup membuat Khalifah dan masyarakat puas dengan kinerjanya, hingga khalifah berikutnya mempertahankan posisi Muawiyah sebagai Gubernur Syam, lamanya ia memimpin di Syam, dan juga bagus dalam memimpin wilayah tersebut, membuat Masyarakat Syam sangat menghormati dan segan terhadap Muawiyah, karena itu juga ketika terjadi peperangan diantara Ali dan Muawiyah, Masyarakat Syam mendukung penuh Muawiyah dan ikut serta dalam peperangan.
Konflik Muawiyah dan Ali dimulai ketika terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan oleh kaum pemberontak, situasi di seluruh wilayah kaum muslimin begitu kacau ketika mendengar Khalifah Utsman terbunuh, para sahabat yang mulia seperti Zubair, Thalhah, Saad, menutup pintu rumahnya untuk tidak ikut terlibat dalam fitnah yang sangat besar kala itu, maka penduduk madinah meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah, dan ia menyiarkan untuk seluruh kaum muslimin membaiat, Muawiyah dan Amr bin Ash di Syam tidak ingin membaiat Ali sebelum para pemberontak dihukum. Maka disinilah konflik mulai memanas diantara keduanya, hingga membuat perang Shiffin, dan diakhiri dengan peristiwa Tahkim. Menurut para Ulama Muawiyah dan Ali sama-sama berijtihad, dan disebutkan barang siapa yang berijtihad dan dia benar, maka pahalanya dua, dan jika ia salah, ia mendapatkan satu pahala. Perdebatan siapa yang benar dan siapa yang salah selalu terdengar bahkan hingga saat ini. Maka dari itu mengapa begitu banyak yang mencela, mengutuk, dan menyebut Muawiyah sebagai pemberontak? Sedangkan beliau adalah salah seorang sahabat yang mulia, saudara dari Ummul Mukminin, salah satu penulis wahyu.
Ibnu katsir pernah berkata kepada murid-muridnya "apa yang terjadi dengan Ali setelah Utsman terbunuh, terjadi karena dasar ijtihad dan perbedaan pendapat sehingga terjadilah peperangan diantara keduanya, kebenaran saat itu ada di pihak Ali sedangkan Muawiyah dimaklumi Khilaf". Sangat berdosa orang-orang yang mencela sahabat, dan Muawiyah salah satu sahabat Nabi SAW, dalam sebuah hadist dari Abu Sa'id Alkhudri  Radiyallahuanhu  beliau berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,"Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya." Dan rasulullah juga bersabda "barang siapa yang mencela sahabatku, maka dia akan mendapatkan laknat Allah" maka tidak pantas orang-orang yang mencela Muawiyah salah satu sahabat nabi.  Muawiyah adalah salah satu penulis wahyu, ia juga pernah didoakan kebaikan oleh nabi SAW " Ya Allah, jadikanlah ia (Muawiyah) orang yang memberi petunjuk, orang yang diberi petunjuk, dan berilah petunjuk (kepada manusia) dengan sebab dia"
Beberapa kelompok juga mencela Muawiyah karena ia sering mencela dan melaknat Ali dalam mimbar-mimbarnya, hal ini dibantah oleh Imam Al-Qurtubhi Rahimahullah " Mustahil Muawiyah mencela dan melaknat Ali, karena Muawiyah adalah orang yang berakal, beragama, santun, dan berakhlak baik. Adapun yang diriwayatkan darinya tentang hal itu (celaan dan laknat terhadap sahabat Ali Radiyallahu anhu), kebanyakan adalah dusta, tidak shahih" Muawiyah adalah sahabat nabi, dan betul-betu mengetahui bahwa mencela sesama muslim khususnya sahabat nabi, itu adalah perbuatan yang sangat tidak terpuji, akan mendapatkan laknat Allah. Jika benar Muawiyah mencela Ali di mimbar-mimbarnya, para sahabat, tabiin, juga para ulama tidak akan menghormati Muawiyah sebagai sahabat nabi yang mulia, dan tidak akan ada sebutan pada dirinya Radiyallahu anhu. Pernah disebutkan dalam suatu riwayat, ketika Ali bin Abi Thalib wafat, terbunuh oleh kaum khawarij, Muawiyah ketika mendengar berita itu, ia menangis dan membuat istrinya menanyakan mengapa ia menangisi Ali yang menjadi rivalnya saat itu, maka Muawiyah berkata "kamu sebaiknya diam saja! Sungguh betapa banyak kaum muslimin atas hilangnya keutamaan, fiqih, dan ilmu atas meninggalnya dia (Ali)"
Pernah juga Dhirar bin Dhamrah diperintahkan Muawiyah untuk menceritakan bagaimana sosok Ali bin Abi Thalib, Dhirar menceritakan bagaimana sosok Ali dimata dia di hadapan Muawiyah dan jamaah kaum muslimin Syam. Ketika ia selesai menceritakan itu maka pecahlah tangis Muawiyah sehingga membasahi jenggotnya, ia pun menghapus air matanya dengan lengan bajunya, kemudian Muawiyah berkata " semoga Allah merahmati Abul Hasan Ali bin Abi Thalib, dia demi Allah seperti apa yang diceritakan" ini menjadi bukti cinta dan hormatnya Muawiyah kepada Ali bin Abi Thalib.
Ada beberapa orang yang datang kepada majlisnya Imam Syafii, mereka menanyakan tentang siapa yang benar diantara Ali dan Muawiyah, sang imam membacakan surat albaqarah ayat 134 " itulah umat yang telah lalu, baginya telah mereka dapatkan dari hasil yang mereka usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawabkan atas apa yang mereka kerjakan" imam syafii ingin mengingatkan, bahwa apa yang terjadi diantara muawiyah dan ali telah berlalu, dan mereka telah mendapatkan balasannya, jika diantara mereka ada yang benar maka akan diberi balasan pahala, dan jika ijtihad yang mereka kerjakan itu salah akan diberi balasan pahala satu. Apa yang terjadi antara muawiyah dan ali itu telah berlalu, dan bukan lagi urusan kita, maka bersyukurlah kita karena allah telah melindungi kita dari peperangan dan perpecahan itu. Semoga Allah merahmati dan meridhoi para sahabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun