Mohon tunggu...
Romo Krist, O.Carm
Romo Krist, O.Carm Mohon Tunggu... -

Seorang Karmelit Indonesia. Tinggal di Malang. Tidak begitu suka menulis, tetapi ingin menulis. Menggeluti Spiritualitas bukanlah hobby, tetapi merupakan dasar dari seorang Karmelit.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mayoritas dan Minoritas

7 Januari 2010   19:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah ilmu logika, untuk dapat menemukan atau menghasilkan kesimpulan perlu terlebih dahulu tidak hanya ada premis (pernyataan/frasa) mayor tetapi juga premis minor. Yang mayor dan minor ini tidak bisa dipisahkan dan saling berhubungan erat, juga tidak bisa saling menindas, apalagi karena merasa mayor dengan alasan tertentu mengatakan tidak menindas meskipun tidak jarang berbeda dengan kenyataan.

Dalam budaya jawa pun ada jagad gede (besar/mayor) dan jagad cilik (kecil/minor). Keduanya pun tak mungkin dipisahkan. Dan tidak bisa begitu saja melenyapkan segala hak bebas dari jagad cilik. Tuhan sangat menyayangi ciptaan-Nya. Maka, ada saja di antara kita, manusia, yang dengan kesadarannya menjauh dari Tuhan, Sang Pencipta-nya.

Kini bila melihat kata mayoritas dan minoritas, serasa hal itu mampu mengubah pandangan kita untuk tidak memperhitungkan lagi betapa luhurnya nilai cinta kasih. Hampir di mana ada mayoritas, entah di bidang agama, ekonomi, moral, politik, dsb, yang minoritas lebih mudah ditindas dan lebih sering mengalami penderitaan karena tekanan.

Coba kita melihat kembali dengan teliti istilah tersebut.... Apa mungkin kita hilangkan saja; supaya tidak ada penindasan dan diganti dengan keadilan, supaya tidak ada saling benci dan curiga lalu diganti saling kasih dan percaya, supaya tidak membangunkan harimau lapar dan sedang tidur.

Sebenarnya bukan salah istilahnya, tetapi salah yang memahami dan menerapkannya. Kadang demi kepentingan pribadi atau kelompoknya sajalah mulai membuat bukti ini dan itu yang mungkin juga belum tentu benar, tetapi dengan sengaja hendak meminoritaskan yang minoritas. Bayangkan, sudah minoritas semakin diminoritaskan lagi. Padahal sangat jelas, hidup kita dinilai bukan dari monumen yang kita bangun, tetapi bagaimana kita memikirkan dengan baik penting dan mendesaknya pembangunan monumen itu bagi semua orang, tanpa kecuali.

Semoga kita lebih berhati-hati dalam mencuatkan istilah mayoritas dan minoritas di negeri ini. Saya pun masih perlu banyak refleksi atas istilah itu. Yang kerap tanpa sadar mengucapkannya seraya merasa diri lebih baik dari yang lain.

Mari kita bertobat bersama, dan saling memperbaiki diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun