Mohon tunggu...
Rizky Kurniawan
Rizky Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku

27 Oktober 2019   22:40 Diperbarui: 27 Oktober 2020   15:29 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan kamu menyadari sesuatu, kamu mencintainya.

Kamu, entah untuk kali keberapa berkata padaku, tentangnya, yang telah kau kenal, lebih dari separuh hidupmu. Menertawai bagaimana caranya menghabiskan semangkuk mie rebus---barangkali biasa saja untuk orang kebanyakan. Tersenyum, mengenang bagaimana dia merespon trending Twitter. Bersedih, saat sakit. Terluka, saat dia disakiti orang lain.

Malam ini, kembali kamu menceritakan tentang dia. Dia yang selalu membuatmu gelisah saat kamu sebut namanya. Dia yang selalu membuatmu patah tiap kali kamu bercerita tentangnya. Aku bingung, sungguh bingung terhadapmu yang bersikap padanya.

Kamu bilang, dia tidak terlihat bahagia. 

Kutanya, "Kenapa?" 

Kamu menggeleng.

Ya, lebih baik begitu. Aku tahu, seseorang sepertimu tak butuh pertanyaan macam itu. Apalagi sebuah petuah. Kamu yang bilang bukan, kalau seseorang datang pada seseorang lainnya hanya untuk cerita, dan bukan untuk meminta saran. Barangkali seseorang itu datang meminta saran, tapi kamu bilang, saran dari seseorang yang didatangi seseorang itu bukan tidak mungkin tidak dipakai. Ah, bicaramu seringnya bikin aku pusing. Kenapa tidak seperti orang kebanyakan saja?

Aku menunggu, kamu tidak jua melanjutkan cerita, bagaimana pertemuanmu dengan dia kali terakhir. Aku menyesap habis minumanku. Kamu membiarkan minumanmu begitu saja. Aku ingin protes sebenarnya, kamu selalu memarahiku jika aku tidak menghabiskan minuman atau makanan yang kubeli. Tapi, ya... kurasa kamu hanya sedang bingung. Ada pengecualian untuk orang-orang bingung, mungkin.

Malam bergulir, aku makin melihat rautmu kian gelisah. Kamu ingin bicara, bukan? Bukan kepadaku, tentu saja. Kamu ingin bicara kepadanya bahwa, "Aku mencintaimu." Ya ... "Aku mencintamu," ingin juga kukatakan begitu, padamu. Sialan, apa ini?[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun