Indonesia kini focus membangun dan memperhatikan kelemahan sumber daya manusianya secara fisik sampai dengan kompetensi masyarakat, mulai dari Pendidikan, fasilitas asuransi kesehatan JKN/BPJS, Law inforcement, Kekayaan Alamsemua jadi agenda berita dalam berpolitik, menyentuh institusi pemerintah maupun swasta seperti Rumahsakit, Restoran, Hotel, Biro Perjalanan, dan lain-lainnya yang sangat erat hubungannya dengan pelayanan kepada manusia. Di era reformasi kualitas pelayanan jadi tolak ukur, sebab mutu akan tercermin dari outlook (pandangan) karakter professional, baik individu, komunitas hingga lembaga. Siapapun umumnya mengharapkan kemampuan Anda (as human being) dapat merubah suasana hati pelanggan atau akan berakibat menjadi batu sandungannya? karena kurang empati. Manusia akan bingung dan stress jika dalam kondisi sakit jasmani,akibatdari pola hidup, bisa juga karena makanan/minuman dan aktifitasnya. Kadar spiritualpun bisa jadi sarana penyelesaian alternative untuk sembuh.
Keahlian (hardskill) perlu dipelajari melalui pengalaman melayani sampai kemampuan softskill yang meliputi kiat berstrategi, analisa, interaksi dan komunikasi jelas merupakan dasar berhubungan dalam bidang pelayanan jasa (hospitality).
Wanita kerap kali dijadikan ikon utama dalam dunia pelayanan, berbeda bila dibidang Medis, menangani pasien wanita yang memiliki benjolan pada payudaranya suasana hati akan labil. Apabila harus menghadapi keputusan untuk melakukan tindakan bedah, diotaknya jika operasi akan mengurangi penampilan, peristiwa kompleks yang menegangkan. Siapapun mendengar kata operasi takut, perubahan atas organ tubuh dan efek lainnya.
Dalam ilmu kedokteran, bedah dibagi beberapa tingkatan: Kedaruratan, Urgen, diperlukan, elektif dan pilihan. Katagori operasipun ada dua jenis, bedah mayor atau minor.
Beragam pengalaman pasien memiliki benjolan pada tubuh yang telah berkonsultasi pada dokter mendapatkan input seperti: 1). Seorang Teman dekat “jadi benjolan kamu letaknya dimana?, diarea dalam payudara tidak masalah tapi pergi operasi aja ga pa pa kok”. 2). Dokter muda pejabat di Puskesmas masih ada hubungan keluarga menjelaskan “ kalau kakak periksa kedokter pasti akan disuruh operasi, itu tindakan yang pasti dilakukan, tidak pernah menganjurkan alternative lain”. 3). Dokter pria agar terlihat senior membiarkan uban tumbuh sedikit dirambut, “wah…Ibu harusnya diangkat semua karena ..bla..bla..sekarang saya USG dulu” celoteh sinis membuat pasien kesal. 4). Dokter senior gemuk tenang tidak banyak bicara periksa sedikit komentar “besar juga”, kata lanjutanpun ditunggu dengan hati yang cemas akan diagnose tidak keluar dari mulut si dokter, malahan diberi surat pengantar pemeriksaan lanjut mamografi, biopsi lalu berpesan “setelah dapat hasil kembali ya…”. Akibatnya Pasien wanita yang diantar suamipun pulang dengan bimbang. Suaminya tidak bisa berkata-kata diam menemani langsung berangkat tugas. Karena penasaran ingin tahu jenis benjolannya, iapun menindak lanjuti proses pemeriksaan. 5). Hasil dibacakan oleh dokter muda yang ditemui “hasil biopsinya tumor tidak ganas Bu”. Tenanglah hatinya tapi tidak langsung balik ke dokter ke 4.
Setahun berlalu benjolan makin membesar sudah mengganggu penampilannya, untuk mensiasati ukuran diganjalnya payudara sebelah agar sama besar , memberi kesan “sexy“ tetapi suami , keluarga & teman dekat makin gelisah melihatnya & memaksa ke-dokter kembali. Kekuatiran atas kondisi adiknya sang kakak meneleponnya untuk bertemu temannya yang sedang di YKI Fatmawati, hendak konsultasi benjolan di payudaranya. Saat mereka celingak-celinguk dilobby seorang dokter memperhatikan kedua Ibu paruhbaya disapanya “Ibu mau periksa kedokter?, iya jawabnya “belum pernah kesini ya, masalahnya apa?” Ibu siapa balik bertanya, “saya dokter Kristin mana saya lihat”. Pemeriksaan dilakukan sambil berdiri, “Ooo ini saya buatkan pengantar untuk pemeriksaan Rontgen, Darah, Jantung baru kembali ke dokter sini, kalau bingung bisa hubungi suster Rosita dia baik luar biasa kalau membantu pasien”.
Hari kedua sang kakak hadirkan adiknya untuk mendampingi temannya menjalani pemeriksaan, diharapkan bisa menghibur dan memberikan semangat. Dihubunginya suster Rosita relawan pemilik hati jernih yang siap membantu, sederhana namun perhatian mengarahkan mereka mengurus BPJS tujuannya memudahkan pasien. Namun perhatian suster tidak ditanggapi olehnya, perhatian susterpun beralih “Ibu sendiri sedang apa, sakit juga kan?, hayo.. periksa sekalian saya ambilkan formulir” tampak jelas softskill seorang pelayan jasa dikuasainya. Si Adikpun ikutan periska ke dokter untuk yang ke 5 kalinya, “nah…kalau adik ibu ini berbeda jenis benjolannya dengan teman Ibu tadi, ini jenis tumor bukan kanker, bedakan texture kulitnya dan bentuknya besar. Maafkan saya, harus kerumah sakit lainnya”, sambil berikan kertas untuk pemeriksaan pra-operasi.
Wanita yang hampir tiga tahun proses periksa sana-sini, akhirnya menerima saran suster untuk lanjutkan pemeriksaan kerumah sakit dekat rumah susternya. Bertemulah Dokter W. Setiawan., SpB, bahasa tubuh & ketenangan tuturnya mengandung kewibawaan namun ramah “Ibu sakit apa, mari saya periksa…besar sekali bejolannya sudah berapa lama?, ini ga masalah saya sudah tahu, biasa menangani ini” meyakinkan pasiennya. Sambil menatap hangat pada si Ibu “ sayang sekali sudah mau liburan panjang, kalau tidak, hari Senin kita operasi !”, senyuman tulus dan menghibur terpancar diwajahnya, karena melihat raut wajah wanita yang takut, merasa gelisah bila harus diangkat semua payudaranya. “Jangan kuatir kita hanya angkat tumornya saja, payudara ibu tetap tidak apa-apa, ini biasa
[caption id="attachment_326616" align="alignright" width="576" caption="Dr. W. Setiawan, SpB with students"][/caption]
…Ibu tetap cantik kok!. dituliskan nomor telponnya “Ibu punya whatsapp-kan?, kirim ke saya semua hasil pemeriksaan tahun lalu ya".Kata-kata meluncur seperti api mencairkan gunung es membuat wanita ini tidak bernafas sejenak, merona dan bingung, masih ada ternyata dokter yang juga berprofesi sebagai dosen begitu berempati, kegagahanya tidak menutupi kelembutan hati hebatnya lagi tidak “gaptek” mampu melegakan serta menenangkan pasien. Melalui WA komunikasi dengan ponsel “Ya ini sudah sesuai dengan diagnose saya cystosarcome phylloides, teruskan saja process pemeriksaannya sampai ketemu 4 Agustus’14”. Sungguh kepiawaiannya tidak hanya pada hardskill tapi softskill yang excellent (unggul). Kunjungan ke 2 paska operasi pasien, dibiarkannya mahasiswa praktek /dokter muda belia menangani Ibu untuk mencabut benang jahitannya “maaf ya Bu, ini memang sedikit sakit, dan Ibu hebat bisa bersihkan lukanya sendiri !” penguasaan softskill dasar dilakukanya, kembali kagum atas sikap pemuda santun, dibiarkan dokter muda berkerja, sambil pasien kegemasan “hhmm.. 3x ” mulut terkatub kaki disilang. Jelang satu menit dokter senior mendekat “sakit ya..?”, mengambil alih sekaligus memperlihatkan tindakan yang tepat pada calon dokter muda, rasa sakitpun hilang seketika.
Patut dipertimbangkan oleh kita bahwa " Kesehatan yang buruk membebani keuangan yang sehat. Kesehatan adalah aset kita yang terpenting." (Don Benson). Jadi ingat cerita teman yang menghabiskan ratusan juta untuk berobat keluar negeri hanya mencari karakter yang berintegritas, profesional seperti dokter William yang rendah hati, dan informative, tindakan operasi dengan hasil yang bagus, merupakan kerja tim dokter yang pasti berdoa sebelum bekerja, hanya Tuhan yang berikan keberhasilan, ungkapnya.