Kata-kata itu menghujam dalam hati Riven. Setiap suara dalam dirinya berteriak tidak rela, namun ia tahu Darius benar. Mungkin sudah saatnya untuk melepaskan, meskipun itu terasa sangat sulit.
"Dia tidak akan kembali, Riven," lanjut Darius, semakin tegas.
"Dan kalau kau terus berharap, itu hanya akan membuatmu semakin hancur."
Riven hanya bisa menunduk, kata-kata itu terus terngiang dalam pikirannya. Elysia. Kehilangan itu masih terasa sangat nyata, seperti sesuatu yang tak akan pernah bisa ia raih lagi.
Tiba-tiba, matanya tertuju pada sesuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang. Elysia. Ia sedang berdiri di dekat pintu, matanya bertemu dengan mata Riven sejenak sebelum buru-buru mengalihkan pandangannya, berjalan menjauh. Riven merasa seakan dunia berhenti sejenak. Perasaan yang telah lama terkubur kini kembali muncul begitu saja.
Darius mengikuti pandangannya, lalu berdiri dan berkata dengan ringan, "Kau perlu bicara dengan dia, kan?"
Riven hanya terdiam, terjebak dalam pikirannya sendiri.
"Aku tidak tahu..." jawabnya dengan suara pelan,
"Mungkin tidak ada yang perlu dibicarakan lagi."
Namun, saat Darius berjalan menjauh, Riven tetap terdiam, terperangkap dalam perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Semua yang ada kini adalah kebingungannya, perasaan yang terus menghantui, meski ia tahu tak ada lagi jalan kembali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI