"Elysia sudah pergi" jawabnya, suaranya serak.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi."
Darius diam sejenak, memperhatikan sahabatnya dengan seksama. Ia tahu ini bukan sekadar perpisahannya dengan Elysia.
"Riven, kau sepertinya... sedikit berbeda," katanya pelan.
"Apakah terjadi sesuatu? Sepertinya ini bukan hanya tentang Elysia."
Riven menundukkan wajah, seakan kata-kata terlalu berat untuk keluar, perasaan yang berantakan di dalam dirinya sulit untuk diungkapkan. Kata-kata Darius benar-benar tepat sasaran, seolah-olah dia bisa melihat hal yang ingin ia sembunyikan.
"Aku tidak tahu..." ujar Riven pelan.
"Aku cuma tahu aku tidak bisa hidup tanpa dia. Tetapi aku juga tahu, aku tidak bisa berharap semuanya kembali seperti dulu. Semuanya sudah berakhir, Darius."
Darius menghela napas, dan tampaknya ia sudah memprediksi jawabannya.
"Terkadang, hal yang paling sulit adalah menerima kalau kita tidak bisa memperbaiki apa yang sudah rusak," kata Darius dengan nada yang lebih berat.
"Kau cuma bisa melepaskan, Riven."