Tapi semakin lama mereka berbicara, semakin Elysia menyadari betapa sulitnya mempertahankan sesuatu yang telah lama retak.
Saat Riven menyentuh tangannya, ia tidak merasakan kehangatan yang sama. Yang ada hanya kebingungan.
Ia menarik napas dalam, akhirnya menemukan keberanian untuk mengatakannya.
"Riven, aku tidak tahu apakah hubungan kita masih bisa diperbaiki."
Riven menatapnya lama. "Kau ingin menyerah?"
"Aku ingin... hidup untuk diriku sendiri."
Elysia menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa bersalah yang menggerogoti.
"Aku ingin menghapus 'kita' dalam hidupku."
Kata-kata itu terasa seperti pukulan. Riven menundukkan kepala, mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
"Jadi, kita berakhir?"
Elysia menelan ludah. Ia ingin menangis, ingin menarik kembali kata-katanya, tapi ia tahu ini yang terbaik. Untuk pertama kalinya, ia harus memilih dirinya sendiri.