Mohon tunggu...
R.K. Awan
R.K. Awan Mohon Tunggu... -

menumpahkan isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Sayang Terbuka untuk Pakde

4 Juli 2014   15:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:31 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya mohon maaf ya pakde, selama ini pakde sudah cukup baik dalam melalui pilpres yang panas membara ini walau dengan segala plus-minusnya. Saya juga sangat apresiasi kinerja pakde di berbagai kesempatan saat menjabat, meskipun maaf tidak saya highlight karena saya lebih memilih mendukung kandidat lain yang karakternya saya anggap lebih cocok untuk memimpin bangsa besar ini. Sekali lagi maaf ya pakde, karena saya hendak mengutarakan kekecewaan mendalam saya terhadap respon pakde pasca kasus agresifitas simpatisan pakde terhadap salah satu media nasional. Alasannya sederhana, karena saya berharap lebih dari pakde, yang berpotensi jadi kepala negara ini. Mohon dengan sangat pakde bersikap lebih bijak terhadap perilaku negatif yang mencoreng kehidupan demokrasi kita yang masih berkembang ini. Pakde berkesempatan menjadi seorang kepala negara kita dan menurut banyak survey potensi kemenangannya cukup terbuka. Alangkah eloknya apabila pakde bisa mulai menunjukkan sikap kepala negara yang menaungi seluruh bangsa, bukan sebatas simpatisannya saja. Karena bagi saya rasanya cukup miris ketika perilaku premanisme diberikan apologi hanya karena pelakunya simpatisan sendiri yang kehabisan kesabaran. FPI yang dibenci banyak simpatisan pakde pun bisa berkilah kehabisan kesabaran terhadap kemaksiatan yang dibiarkan meraja lela. Tapi kita tidak mau itu karena kita negara hukum. Mohon dengan sangat pakde bersikap lebih tegas bahkan terhadap simpatisannya sendiri dengan menyatakan yang salah adalah salah dan yang salah harus ditertibkan. Alangkah agungnya bila pakde bisa menegakkan aturan kepada simpatisannya ketimbang menciptakan alasan untuk mereka. Sayang sekali pakde melewatkan kesempatan untuk menjadi lebih agung dibanding kandidat kubu lain yang baru sebatas memanggil, menegur, dan memperbaiki kesalahan simpatisannya pada saat memakai baju tentara jerman atau pada saat bertutur kata sinting di forum publik. Mohon dengan sangat pakde bersikap lebih tangguh terhadap massa simpatisannya yang kehilangan kesabaran ketimbang membatasi kemampuan pakde dalam mengatur massa yang agresif. Pernyataan tidak mungkin atau tidak sanggup dalam mengatur agresifitas massa terasa terlalu merendahkan diri sendiri. Padahal ini baru di tingkat massa simpatisan, belum di tingkat nasional, apalagi berpartisipasi dalam ketertiban dunia. Jadi mohon sekali agar pernyataan sikap pakde diperbaharui, karena rakyat berharap dan optimis bahwa pakde bisa lebih daripada itu. Mohon juga dengan sangat pakde bersikap lebih elegan terhadap media yang dituduh memanas-manasi situasi dengan memprosesnya melalui mekanisme demokrasi dan sistem hukum yang berlaku. Kita tidak bisa melakukan perbaikan sistem yang pakde inginkan apabila dengan mudahnya aturan yang ada digilas oleh massa yang marah dengan mental yang bertentangan dengan sistem demokrasi yang sedang kita coba bangun bersama. Akan lebih elegan bila pakde menenangkan situasi dan menempuh alur legal alih-alih sebatas melemparkan kesalahan terhadap medianya. Toh banyak sekali media yang bersikap seperti itu, termasuk media yang diafiliasikan sebagai pendukung pakde, dan inilah resiko demokrasi yang kita pilih bersama. Mohon sekali agar pakde bisa melihat ini secara lebih luas, yang rakyat yakin pakde mampu untuk itu. Sekali lagi mohon maaf pakde, tulisan ini terpaksa keluar agar pakde bisa terus memperbaiki diri. Karena bila pakde akhirnya terpilih menjadi kepala negara ini, harapan untuk pakde akan sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari sekarang, yang diembankan kepada pakde oleh rakyat yang lebih dari sebatas simpatisan pakde. Salam sayang, Penikmat kinerja pakde.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun