Mohon tunggu...
R Jo Sipisang
R Jo Sipisang Mohon Tunggu... -

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Atasi Kemacetan dengan Kembali Menggunakan Kuda (Humor)

20 Desember 2012   01:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:20 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Sudah banyak yang tahu bahwa tingkat kemacetan transportasi darat di Endonesa tercinta ini sudah seperti penyakit yang tidak ada obat. Kesemerawutan sudah berada pada level darurat dan mesti diselamatkan cepat-cepat. Banyak yang telah dicoba, tapi masalah ini tidak kunjung juga reda. Ibarat pergi berobat, sudah ke dokter, dukun, shinse, klinik Tong Fang,  semuanya telah dicoba tapi yang namanya penyakit ini tidak kunjung membaik juga.

Kesemerawutan ini makin lama makin menjadi-jadi, sekaligus mendatangkan masalah yang lebih pelik lagi. Misalnya, masalah bahan bakar yang makin tinggi, pemerintah yang ogah-ogahan memberi subsidi, kemacetan, stress psikologi, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya mengusulkan kepada panglima pengambil keputusan negara Endonesa untuk kembali menggalakkan pemakain kuda sebagai sarana transportasi. Jangan anggap bercanda usul ini !. Usul ini telah ditelaah dan mempunyai beberapa kelebihan sekaligus mengatasi masalah yang selama ini tidak kunjung ada penyelesaiannya.

Adapun kelebihan yang bisa didapatkan dengan kembali menggunakan kuda adalah:

1.Mengurangi biaya pengaspalan jalan. Transportasi darat/mobil/bus pasti butuh jalan yang bagus, sedangkan kuda cukup dengan jalan tanah saja.

2.Jika pemakaian kuda sudah terlalu banyak, kudanya tinggal dipotong saja. Tinggal dijadikan sumber proteín yang melimpah ruah. Hal ini berbeda dengan mobil, jika mobil sudah terlampau banyak, maka dibuang kelaut menjadi salah satu opsi solusinya.

3.Tidak berbenturan dengan regulasi yang sudah ada. SIM, Surat Izin Mengemudi tinggal diganti dengan Surat Izin Menunggang kuda. STNK, diganti dengan Surat Tanda Nomor Kuda.

4.Biaya subsidi yang selama ini habis untuk subsidi bahan bakar, dapat dialihkan untuk menanam rumput. Selain bisa untuk pakan kuda juga berfungsi sebagai sarana penghijauan.

5.Pabrik-pabrik yang memproduksi mobil tinggal dialihkan fungsinya. Pabrik ini, adalah tipe pabrik dengan line produksi yang panjang. Dengan sedikit sentuhan, line produksi tersebut tinggal beralih fungsi jadi kandang peternakan kuda.

6.Tidak merusak perekonomian rakyat. Tempat cuci mobil/motor yang selama ini ada tinggal dialihkan menjadi tempat pemandian kuda.

7.Bengkel dan variasi tetap bisa berfungsi seperti biasa. Tinggal beralih menjadi variasi kuda, misal kepang rambut kuda, handle racing(ladam kuda), pasang jok racing, knalpot (tempat penampungan kotoran) dll.

8.Kalau mau memberi kado  kepada anak, berilah anak kuda, tidak perlu membeli kuda dewasa. Mahal, beli saja kuda anakan umur 1 tahun. Ketika anak berumur 12 tahun, ketika sudah memperoleh SIM (16th) bisa langsung pakai kudanya yang sudah dewasa dan jinak sama tuannya. Hal ini mustahil jika hadiah tersebut adalah mobil-mobilan, mobil-mobilan tidak bisa tumbuh dan berkembang.

9.Kotoran kuda bisa digunakan untuk pupuk yang menumbuhkan rumput yang menjadi makanan kuda, siklus tertutup sumber energi terbarukan. Bisa untuk pupuk atau biogas, bayangkan tiap rumah punya biogas masing2, dari kendaraannya sendiri.

10. Kuda juga dapat meningkatkan gizi generasi muda dengan hasil susu kuda liar nya. Selain susu sapi, dipasaran juga tersedia susu kuda liar yang dapat menjadi komoditas tambahan untuk rakyat. Bengkel yang biasanya menjual oli bisa beralih menjual susu kuda.

Demikianlah usul saya kepada pemerintah negara Endonesa. Untuk mengurangi kemacetan di negara ini maka beralihlah menggunakan kuda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun