Mohon tunggu...
Rizzl T10
Rizzl T10 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Saya adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo program studi ekonomi syariah fakultas agama islam, dengan pendidikan yang berfokus pada ekonomi islam

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Proses pembuatan hingga makna filosofis di sakha butik dan batik ponorogo

16 Januari 2025   22:05 Diperbarui: 16 Januari 2025   21:04 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses Pembuatan Hingga Makna Filosofis Di Sakha Butik dan Batik Ponorogo

Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang berupa teknik pewarnaan kain dengan cara menggunakan lilin sebagai penghalang pada bagian-bagian tertentu dari kain, agar bagian tersebut tidak terkena warna saat proses pewarnaan berlangsung. Teknis ini menghasilkan pola atau motif yang khas dan memiliki nilai seni yang tinggi. Batik bukan hanya sekadar kain bermotif, tetapi juga merupakan bagian dari tradisi dan identitas budaya yang memiliki makna mendalam dalam setiap motif dan warnanya.

 

Sakha butik dan batik merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang busana terkhusus batik dan selalu mempertahankan kualitasnya Dalam pelajaran membatik yang telah berlangsung selama 11 pertemuan oleh Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo, kami telah mempelajari berbagai teknik dan bahan dalam pembuatan batik. Salah satu bahan batik terbaik yang digunakan oleh Sakha butik dan batik adalah premis, dengan kualitas grade A. Selain itu juga menggunakan premis grade A+ yang lebih halus, namun tetap dengan harga yang terjangkau untuk masyarakat umum.Untuk pewarnaan, Sakha butik dan batik menggunakan tiga jenis pewarna, yaitu remasol, indigosol, dan pewarna alam. Pewarnaan ini memberikan variasi yang dapat memenuhi berbagai preferensi konsumen. Produk batik yang ditawarkan tidak hanya berfokus pada satu jenis, melainkan dapat melayani berbagai selera pasar. Bagi konsumen yang menyukai batik dengan warna alam, Sakha butik dan batik menyediakan pilihan batik dengan pewarna alam. Untuk mereka yang menyukai motif klasik, batik-batik klasik juga tersedia, sementara bagi penggemar desain kontemporer, Sakha butik dan batik menawarkan motif seperti Sewang Dono dan Bandongan.

Sakha butik dan batik menyediakan berbagai pilihan motif dan produk yang lengkap, mulai dari motif tradisional hingga kontemporer, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar yang luas. Meskipun saat ini Sakha butik dan batik masih fokus pada pembuatan sarung dan baju untuk Ramadan, inovasi terus dilakukan untuk menghadirkan produk baru. Dengan kualitas bahan, pewarnaan yang beragam, dan desain yang inovatif, Sakha butik dan batik siap melayani pelanggan dengan berbagai kebutuhan batik yang berbeda.

Dalam proses pembuatan batik, setiap desain tidak hanya didasarkan pada kreativitas, tetapi juga mengandung filosofi dan makna yang mendalam. Salah satu contoh adalah pembuatan batik untuk mendukung Bupati Ponorogo, Pak Sugiri, yang berencana terpilih untuk periode kedua. Batik tersebut diberi nama Batik Siddhodra Jat, yang menggabungkan elemen budaya Reog dan filosofi dari nama Siddhodra Jat, yang merujuk pada derajat yang lebih tinggi. Motif batik ini mengandung makna bahwa Pak Sugiri memecahkan rekor sebagai Bupati Ponorogo yang terpilih dua periode, yang sebelumnya belum pernah terjadi di daerah tersebut.

Selain itu, motif Siddhodra Jat juga mengandung simbol-simbol yang lebih luas, seperti motif-motif lawas dari grup Siddhodra Jat yang mencerminkan kenaikan derajat, seperti Siddha Luhur, Siddha Mupi, dan lainnya. Batik ini dirancang dengan harapan dapat dipakai oleh Pak Sugiri saat pelantikan, dengan warna putih dan motif Reog sebagai simbol keberhasilan dan kenaikan derajat.

Contoh lainnya adalah batik dengan nama Merak Kusumawardhani, yang diciptakan dengan filosofi keindahan dan semangat untuk mencapai tujuan. Nama yang indah, seperti Kusumawardhani, membuat batik ini laku di pasar, bahkan dipamerkan di Jakarta dan mendapat perhatian dari berbagai kalangan, termasuk Pangdam.

Secara keseluruhan, batik yang diciptakan tidak hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan filosofi yang terkait dengan kehidupan sosial, budaya, dan politik, dengan tetap mengutamakan nilai estetika dalam setiap desain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun