Ia mengeluarkan perangkat tersebut dari saku seragamnya. "Halo?" ucapnya. "Farhan, lu di mana?" Ternyata ia salah. Orang yang menelponnya bukanlah atasan, melainkan cuma Kak Nurul. Nurul merupakan rekanya yang juga bekerja untuk Telkom Indonesia. Akan tetapi, pekerjaan Nurul jauh berbeda dengan pekerjaan Farhan.
"Udah sampe di alun-alun kota kok, kak. Maaf tadi telat. Sempet ditegur guru."
"Ya makanya, kalo sekolah lebih serius!" Ujar Nurul. Farhan mengeluarkan tawaan kecil.
"Ok, coba duduk di tengah tengah kota. Di deket air mancur biar lu bisa keliatan di monitor gue." Nurul adalah seorang pemantau. Tugasnya adalah memastikan Farhan tidak melakukan hal-hal bodoh saat pekerjaanya berlangsung. Ia juga merupakan operator yang dapat membimbing Farhan dalam mengerjakan tugas-tugasnya jika ia merasa kebingungan.
Farhan menuju ke arah air mancur.
Dari tempat dia duduk, dia bisa melihat sekelompok orang yang berbeda, semuanya berurusan dengan situasi unik mereka sendiri. Seorang pelayan yang sedang diomeli oleh pelangganya terlihat di sudut kiri -- ya .. Hal sperti itu bukan urusan Farhan. Di pojok kanan kota, sepasang suami istri sepertinya sedang memperdebatkan sesuatu, wajah sang suami merah padam seperti tomat -- nah, bukan yang itu juga. Ada toko video baru di dekat kafe dan seorang karyawan keluar dengan wajah yang terlihat frustrasi. Farhan memilih untuk mengamatinya lebih jauh. Sepertinya dia tidak tahu bagaimana cara menampilkan televisi di jendela agar berfungsi dengan baik. Ya! Sempurna! Mata Farhan berbinar saat dia menyerbu masuk ke kafe.
"Tapi bukankah targetnya adalah toko video? Kenapa dia pergi ke kafe?" Anda mungkin bertanya. Nah, para pembaca yang budiman, di sinilah cerita kita akan dimulai. Perhatikan dan lihat.
Kafe ini hanya memiliki satu kamar mandi karena ukurannya yang kecil. Untung kebetulan kosong sehingga Farhan bisa dengan mudah masuk ke sana dan mulai membongkar pakaian khususnya dari ranselnya. Dia melepas seragam sekolahnya yang berantakan tanpa perasaan dan memasukkan semuanya ke dalam tasnya tampa melipatnya terlebih dahulu. Pakaian khususnya agak kusut karena terjepit di antara semua buku cetak yang tidak pernah dia baca, tetapi tidak apa-apa karena begitu dia memakainya, ia dan setelan tersebut mengalami transformasi yang luar biasa!
Farhan bukan lagi bocah ingusan berusia 13 tahun, dia berubah mencadi pria dewasa yang kuat dan berotot dengan setelan spandeks. Dan itu bukan satu-satunya hal yang berubah. Transformasi yang paling aneh adalah kepalanya. Itu bukan lagi wajah manusia melainkan TV raksasa!
Dengan rangka merah terang yang menjaga posisi kepalanya, tombol warna-warni, dan antena yang dapat beralih ke ratusan saluran.. Dia bukan Farhan, dia IndiHome-Man!
IndiHome-Man merupakan seorang pahlawan yang bekerja untuk Telkom Indonesia -- perusahaan rahasia yang memiliki satu objektif, yaitu: memenuhi kebutuhan internet dan TV masyarakat Indonesia. Ada puluhan varian IndiHome-Man yang tersebar di setiap area Indonesia dan Farhan memainkan peran pahlawan di kota kecilnya ini.