Note ini rencananya akan saya buat sambil menunggu malam pergantian tahun baru, namun ternyata serangan diare menjadi kisah pengganti penutup akhir tahun 2013 dan si kecil juga ikut terserang diare, sehingga note ini baru sempat saya ketik pelan – pelan pagi ini di stasiun sembari menahan kantuk karena diare ini walaupun sudah membaik tetap saja membuat saya tidak bisa tidur nyenyak.
Year's end is neither an end nor a beginning but a going on. Sudah seharusnya ketika mereview perjalanan sepanjang tahun 2013 ada perubahan – perubahan yang terjadi. Yup..it should race to somewhere..bukan its like moving but going nowhere. Oleh karena itu dalam hidup pun kita harus memiliki paperwork di mana di dalamnya terdapat konsep dan planning kehidupan yang harus dijalankan, sehingga tidak banyak rules yang menjadi acuan dan justru membuat kita bimbang.
Perubahan adalah salah satu konsep kehidupan yang harus dijalankan.. it happens whether you plan it or not. Menurut saya, seseorang harus memiliki kerpercayaan bahwa perubahan merupakan cara untuk meraih value (nilai) tertinggi dalam kehidupan, mencakup kebutuhan orang – orang disekitar kita. Hal yang hanya dapat dilakukan bila kita memahami value yang ingin diperoleh, dan apabila menyangkut kepentingan pihak lain maka kita juga harus memahami values yang diinginkan. Kegagalan dari suatu perubahan adalah karena tidak tahu apa yang mau dirubah sehingga tujuan tidak jelas dan konsep tidak diketahui, diperburuk dengan mindset tidak mau mengambil risiko dengan mengambil kesempatan dan keputusan-keputusan yang perlu diambil.
Saya jadi teringat sebuah dialog dalam salah satu film serial, “If you’re not scared, then you’re not taking a chance. If you’re not taking a chance, then what the hell are you doing anyway?”. Kalimat tersebut mengingatkan saya bahwa seringkali kita berhadapan dengan perubahan setelah tidak ada alternative pilihan lain, bahkan masih ada yang memilih untuk diam saja dan tidak melakukan apa – apa. Padahal otak kita diciptakan untuk berpikir kreatif membuat terobosan menghadapi masalah dan berada out of the box memberikan lebih banyak ruang untuk berpikir memperbaiki yang rusak, bukan setiap hari hanya melakukan hal yang rutin atau mencontoh sehingga cenderung memancing otak untuk tidak berpikir lagi.
Pengalaman saya "mengenal" perubahan sepanjang tahun 2013 menggambarkan bahwa perubahan adalah sesuatu yang melelahkan. Seringkali dalam prosesnya saya telah demotivated. Sebagai contoh ketika bekerja, salah satu kondisi yang dituliskan oleh Prof. Rhenald K pernah saya temukan, dalam artikel tersebut disebutkan bahwa dalam pekerjaan sehari – hari yang kita jalani, kita akan berhadapan dengan sejuta kejanggalan yang dibiarkan berlangsung selama bertahun-tahun dan masalah yang dibiarkan berlarut-larut. Belum lagi jika keadaan – keadaan tersebut dibumbui dengan adanya generation gap.. kaum muda yang dinamis akan menjadi sama dengan seniornya, terbelenggu dan tak ada bimbingan untuk menegakkan aura generasinya yang memberikan kekuatan kreativitas dan teknologi yang besar. Pada sisi yang lain generasi tua begitu banyak dan menguasai pangkat teratas berujung pada feodalisme yang mengakibatkan produktivitas terganggu.Jika kita ingin merubah keadaan tersebut tentu saja kita harus menyiapkan diri untuk berhadapan dengan kaum resisten karena perubahan merupakan modal awal bagi terbentuknya resistensi pembaharuan.
Resistensi terhadap perubahan juga kerap muncul dari diri kita sendiri. Sebagai contoh lainnya, saya mendapat kesempatan sebagai sebuah peluang untuk perubahan dengan pindah ke kantor yang baru. Konsekuensinya adalah sepanjang tahun 2013 saya harus menempuh perjalanan kantor yang lumayan menyita energi (rute perjalanan kantor dari Depok menuju Cengkareng (Banten)). Namun pada akhirnya, kesempatan adanya peluang perubahan tersebut tentu saya gunakan sebaik – baiknya.
Pada awalnya saya bersemangat berangkat sejak gelap shubuh hingga hampir tengah malam baru sampai kembali di rumah. Rasa optimis yang kuat muncul dalam diri saya, yang saya ketahui bahwa apabila saya tidak membuat keputusan tersebut, tentu saja kemungkinan besar saya masih akan menjalankan rutinitas pekerjaan yang sama. Buat saya rasa pesimis dan optimis dalam menjalani kehidupan tetap membutuhkan energy.. yet one leaves you exhausted, the other exhilarated. Sebuah pilihan yang banyak teman mengatakan bahwa saya gila dan kurang kerjaan, apalagi disaat yang bersamaan saya sedang menyusun tugas akhir tesis.
Resistensi dan keraguan pun sempat muncul ketika terjadi beberapa case yang membuat saya down, yaitu ketika istri saya yang sedang hamil muda pingsan distasiun saat berngkat kerja, ketika anak saya harus di opname, bahkan saya sendiri pun beberapa kali terkena thypus karena terlalu lelah. Beberapa kejadian yang membuat saya harus “melonggarkan” kembali jadwal berangkat menuju kantor baru untuk meluangkan waktu mengantar istri ke kantor dan bermain bersama anak walau hanya beberapa menit setiap paginya. Perasaan “bersalah” kerap muncul ketika saya datang siang dan tidak optimal bekerja di kantor. Tidak jarang, ketika saya sendiri sedang merasa lelah dan fatigue, saya pun menghakimi diri sendiri dan merasa telah membuat keputusan yang salah.
Kejadian – kejadian tersebut tentu saja menyadarkan saya bahwa upaya untuk melakukan perubahan tidak hanya butuh usaha yang keras, namun juga sebuah komitmen dan loyalitas dan tentu saja optimisme. Apakah perubahan ini telah berdampak? Mungkin diawal tahun 2014 ini setelah satu tahun menjalaninya akan sedikit mulai terasa dari sisi penghasilan, namun dari sisi pengayaan perspektif dan pengalaman banyak hal – hal baru yang telah saya temukan.
Sent from Samsung Mobile
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H