Mohon tunggu...
Rizwan Noor Hasfrian
Rizwan Noor Hasfrian Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang anak laki - laki dari seorang purnawirawan prajurit TNI AU

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

ATC & Accident

16 Mei 2012   05:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:13 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adanya peristiwa kecelakaan pesawat udara yang terjadi di Indonesia saat ini setidaknya membuat sebuah pertanyaan didalam benak saya, pekerjaan mana yang lebih berat? apakah pekerjaan yang beresiko tinggi dalam artian jika kita melakukan pekerjaan itu resiko kita  celaka atau meninggal dunia sangat tinggi? ataukah pekerjaan yang tidak memiliki resiko tinggi terhadap orang yang melakukannya namun orang tersebut mengendalikan sekian banyak resiko orang lain terhadap kemungkinan - kemungkinan peristiwa celaka atau bahkan meninggal dunia.

Hal inilah yang menjadi tanggung jawab besar seorang Pemandu Lalu linta Udara (Air Traffic Controller) ketika sedang melakukan pekerjaannya. Anda tentu bisa saja membayangkan dalam satu kali bekerja mengawasi salah satu sektor ruang udara yang dilintasi oleh belasan pesawat udara, berapa ratus nyawa hingga ribuan nyawa orang yang saat itu berada di dalam tanggung jawabnya. Atas dasar inilah muncul sebuah slogan yang cukup terkenal dikalangan ATC itu sendiri yaitu "The Sky Is Vast, But There Is No Room For Error", sehingga dapat diartikan bahwa tidak boleh terjadi kesalahan sekecil apapun saat seseorang melaksanakan pekerjaanya sebagai ATC.

Namun kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt, sehingga dalam berbagai dokumen keselamatan penerbangan dimana saja didunia selalu tertuang dalam berbagai bentuk kalimat pernyataan berikut ini " terjadinya sebuah error /kesalahan memang sangat tidak mungkin dihilangkan, namun kita tetap harus berusaha meminimalisir agar kemungkinan error tersebut terjadi sangat kecil atau bahkan zero (0)".  Di salah satu negara maju di benua amerika saja dengan teknologinya yang super canggih serta regulasi yang super ketat, saat ini masih berkutat dengan permasalahan terkait banyaknya kejadian "sleeping Controller" para ATCnya. Oleh karena itu tidak hanya bagi ATC, namun bagi seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan penerbangan dimana pun, regulasi, pengawasan dan prosedurnya sangat ketat sehingga keselamatan penerbangan tidak hanya menjadi tanggung jawab seorang ATC dan Pilot. Jiika terjadi suatu kejadian fatal pun, investigasi yang dilakukan bertujuan untuk mencari apa yang salah/error sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali di masa yang akan datang dengan mengkoreksi error tersebut.

Hal yang sering terjadi adalah ketika terjadi suatu kecelakaan atau accident, pilotnya ikut meninggal dalam kejadian tersebut, dan bukti - bukti forensik yang lain pun akan sangat sulit untuk diperoleh. Hanya tertinggal seorang ATC dan kesaksiannya yang akan di obok - obok oleh berbagai pihak. Bahkan akhir - akhir ini muncul fenomena "pengamat" penerbangan yang sangat menyudutkan seorang ATC karena suatu kejadian kecelakaan pesawat. Berbagai statement dibuat, "ATC tidak menjalankan prosedur", "ATCnya lalai" dan sebagainya.

Saya hanya mengajak anda semua berpikir, apakah seorang ATC akan senang jika terjadi suatu Accident? apakah seorang ATC akan merasa nyaman jika terjadi suatu kondisi yang tidak seharusnya dalam sebuah penerbangan?. Saya hanya akan menjawab dengan dasar pengalaman yang saya miliki, dan dapat saya sebutkan bahwa perasaan seorang ATC jika terjadi hal - hal tersebut terlepas dari apakah ATC tersebut melakukan kesalahan atau tidak, sangatlah tidak enak dan tidak nyaman. Ketika anda melihat keluarga korban kecelakaan di televisi yang sangat begitu sedih, percayalah bahwa kami ATC jauh lebih terpukul dalam kesedihan yang mendalam. Ketika semua pihak merasa Stress, percayalah tidak seorang pun sanggup merasakan beban dan stress yang dialami oleh seorang ATC jika terjadi suatu incident atau kecelakaan/accident.

Tanggung jawab kami tidak hanya moral kepada sesama manusia, namun tanggung jawab kami langsung kepada Allah swt jika kami sengaja melakukan sebuah kelalaian dalam bertugas. Percayalah jika memang benar yang dikatakan oleh para pengamat bahwa fasilitas dan kesejahteraan kami buruk, hal -hal tersebut tidak akan menjadi celah dan alasan bagi kami untuk tidak menjalankan profesionalitas kami dalam bekerja.

Saya pun akan mengakhiri 10 menit tulisan ini untuk mengingatkan diri saya sendiri dengan sebuah kalimat "Most acciddents in aviation do not happen in corelation or caused by a single factor" trust me! let the NTSC/KNKT do their job..bravo ATC Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun