Sudah dipastikan Keluarga Jayabaya menyiapkan Hasbi Jayabaya dan Nabil Jayabaya yang akan masuk dalam bursa pencalonan Bupati Lebak 2024 mendatang. Sementara hal tersebut membuat partai bergegas untuk menawarkan koalisi, memunculkan diruang publik sosok kader partai untuk mendampingi keluarga Dinasti tersebut.
Disini rakyat lebak bisa melihat, mentalitas partai di Lebak kurang teruji untuk jadi mesin pencetak kader berdasarkan kapasitas dan integritas. Seharusnya demokrasi mengharapkan agar partai tidak menjadi partai penghamba pada kekuasaan politik dinasti. Namun kondisi di Lebak kebanyakan partai nyari aman.
Patronase dan kekayaan jadi sistem yang memperalat kekuasaan politik, birokrasi, dan alat mengebiri kepentingan rakyat. Sejarah harus memberikan pelajaran bahwa
puluhan Tahun Lebak dikuasai Dinasti JB tidak bergeser dari kesenjangan pembangunan.
Mengapa rakyat yang menyalurkan legitimasi politiknya lewat pemilu seolah menghendaki lagi terciptanya dinasti-dinasti...?
1. Partai tidak memiliki Prinsip untuk menghidupkan Demokrasi yang ideal di Lebak
2. Pemuda/Mahasiswa yang seharusnya jadi katalisator, menjaga narasi-narasi kritis, dan stabilitas politik di Lebak. Namun sering kali gerakannya sektoral, sikap fatsun kepada senior menjadikan mereka "Kumaha Kaka", sehingga tidak siap jadi pembeda dalam pertarungan dan pembebasan.
3. Masyarakat lebak sebagai pemilik Demokrasi tidak diberikan edukasi politik, sehingga mereka hanya dijadikan objek setiap momentum politik. Kondisi di Lebak memaksa masyarakat tidak punya cara lain untuk membuat alternatif sebuah pilihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H