[caption caption="sumber: hudoc.eu"][/caption]
Sejak mulai diperkenalkan sebagai sebuah olahraga di Negeri Ratu Elizabeth, sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh banyak orang didalam sebuah lapangan. Kalau saja pada abad ke-19 sudah ada teknologi untuk merekam gambar dan suara dengan hasil yang bagus, mungkin kita akan dapat menikmati permainan sepakbola yang sesungguhnya, yang murni untuk rekreasi.
Seiring berkembangnya zaman, teknologi memungkinkan kita yang berada di bumi pertiwi untuk menyaksikan sebuah pertandingan sepakbola dibelahan bumi lainnya. Saya bisa bersorak merayakan kemenangan bersamaan dengan mereka yang menyaksikan langsung di stadion meskipun terpaut perbedaan waktu yang signifikan sekalipun.
Tidak hanya memudahkan, teknologi juga sajikan ironi. Kini, siapapun bisa berprediksi, menebak hasil akhir dari sebuah pertandingan. Dan jika semua tebakannya tepat, maka nominal rupiah di rekeningnya pun akan segera bertambah. Bukan sulap, bukan sihir! Sudah banyak teman saya yang mendapatkan uang jutaan rupiah hanya dengan membuat beberapa 'prediksi', meskipun modal yang sudah mereka keluarkan jauh lebih banyak dari durian runtuh yang mereka dapatkan.
Di era teknologi-informasi seperti saat ini, sepakbola dan perjudian sudah jadi bagian yang sulit untuk dipisahkan. Sekarang hanya bermodalkan smartphone, siapapun bisa memasang taruhannya. Kapanpun dan dimanapun, semua orang berpeluang untuk mendadak kaya dari bisnis 'prediksi' ini.
Siapa sangka, dulu pemerintah Indonesia pernah membuat judi bola menjadi legal dan bahkan menjadi sumber dana untuk menghidupi PSSI, tepatnya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Jadi jangan aneh kalau sekarang PSSI identik dengan korupsi, karena dulu mereka dibesarkan oleh uang rakyat yang suka 'berprediksi' hasil pertandingan sepakbola.
Sekarang, pemerintah melarang segala bentuk perjudian, beberapa situs judi bola pun di blokir oleh pemerintah. Sayangnya, sang maling tidak pernah kehabisan akal untuk menguras dompet para 'jagoan prediksi'. Pemerintah pun nampak setengah-setengah dalam menindak para pelaku bisnis haram ini, sehingga judi bola saat ini sudah mulai meracuni para pemuda yang sudah memiliki smartphone di pelosok desa.
Minggu, 17 April 2016. Pada lanjutan Serie A Liga Italia, pertandingan antata Lazio melawan Sassuolo. Andrea Consigli berhasil membobol gawang sendiri setelah sebelumnya telah kebobolan dua gol. Skor akhir 3-1 untuk kemenangan Lazio. Tentu jadi pertanyaan besar mengapa Consigli dengan santainya menendang bola ke arah gawang Sassuolo, yang seharusnya dia jaga dengan baik?
[caption caption="sumber: joe.co.uk"]
Butuh uang yang tidak sedikit untuk membuat seorang kiper Serie A melakukan sebuah tindakan konyol, dan yang beraksi dibelakang layar mendapatkan uang itu dari mereka yang bertaruh. Jelas, sebenarnya para penjudi yang sejatinya merusak keindahan sepakbola itu sendiri.
Pemerintah sedang menggembar-gemborkan 'Revolusi Mental', dan saya rasa mental berjudi bangsa ini harus dihancurkan, karena perjudian hanya akan memiskinkan masyarakat. Selain miskin harta, miskin juga imannya. Tidak sedikit tindak kriminal yang didasari oleh kecanduan judi, karena butuh untuk depo dan bisa beraksi di bursa taruhan.