Beberapa hari ini berita tentang dua perusahaan besar yang akan mentutup pabrik menjadi pusat perhatian banyak orang, terutama para buruh. Toshiba dan Panasonic dikabarkan akan menutup pabrik-pabrik mereka karena beberapa alasan seperti penurunan penjualan, kondisi ekonomi yang sedang lesu, efisiensi pengeluaran, dan faktor lainnya yang berimbas pada pengurangan tenaga kerja.
Buruh, yang merupakan bagian terpenting dari sebuah perusahaan yang memproduksi barang sendiri. Menutup pabrik berarti menutup tempat kerja buruh. Dalam sebuah pabrik biasanya memerlukan ratusan bahkan ribuan buruh, jadi kalau satu pabrik tutup, otomatis ribuan buruh dirumahkan.
Pada faktanya, pabrik-pabrik yang kabarnya akan ditutup adalah yang berada di kawasan industri seperti Cikarang yang terletak di Kab. Bekasi, salah satu daerah yang upah buruhnya paling tinggi di Jawa Barat. Sebagai perbandingan, saat ini saya bekerja sebagai Marketing Support di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Konstruksi Bangunan di Jakarta, namun gaji saya jauh dibawah buruh pabrik di Kawasan Industri yang berada di Cikarang dan Karawang, Jawa Barat.
Dengan gaji yang tinggi, seharusnya buruh tidak perlu takut akan PHK. Toh, mereka juga yang menjadi salah satu penyebab tutupnya pabrik tempat mereka mencari nafkah. Beban gaji yang ditanggung oleh perusahaan saat ini tidak seimbang dengan keuntungan yang diperoleh ditengah kondisi ekonomi yang sedang menurun, apalagi buruh pabrik secara rutin menggelar aksi demo besar-besaran menuntut kenaikan upah dan tunjangan lainnya.
Setiap tahunnya, tidak kurang dua kali para buruh berkumpul dan turun kejalan menuntut hak mereka, yaitu saat May Day (Hari Buruh Internasional) dan akhir tahun menjelang penetapan upah minimum untuk tahun berikutnya. Selain mengganggu ketertiban umum, hal itu juga membuat proses produksi di pabrik tempat mereka bekerja.
Kenapa Banyak Buruh Takut PHK?
Saya tinggal di Karawang, Jawa Barat, yang merupakan surganya industri karena banyak pabrik dibangun di daerah ini. Berdasarkan pengamatan saya, banyak buruh mengajukan kredit seperti motor dan rumah. Jadi wajar buruh menanggapi isu pabrik-pabrik yang satu persatu tutup sebagai mimpi buruk. Karena masih banyak beban kredit yang harus dibayarkan secara rutin setiap bulannya.
Meskipun tidak sedikit buruh yang tetap hidup sederhana, menyisihkan sebagian dari gaji mereka untuk ditabung untuk masa depan, bahkan ada yang secara rutin membayar zakat penghasilan setiap bulan. Tapi yah begitu, banyak buruh yang terjebak gaya hidup hedonis karena merasa punya gaji tinggi.
Solusi Bagi Mereka yang Menjadi Korban PHK
Ancaman PHK tidak hanya menghantui buruh saja, tapi juga karyawan atau staff kantor seperti saya. Lalu, apa yang harus kita lakukan saat mimpi buruk itu datang? Saat surat pemutusan hubungan kerja sudah ada ditangan kita?
Sedih? Silahkan, manusia mana yang tidak sedih bila sudah tidak lagi memiliki pekerjaan disaat masih banyak tanggungan yang harus dibayarkan? Tapi jangan frustrasi, karena semua pasti ada jalan keluarnya.