Mohon tunggu...
Rizqy Suryasani
Rizqy Suryasani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi FIS UNJ

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membangun Kesehatan Mental Remaja Pasca Pandemi COVID-19 Melalui Pemberdayaan Masyarakat

26 Maret 2023   12:26 Diperbarui: 26 Maret 2023   12:27 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kesehatan mental adalah kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya Kesehatan mental remaja merupakan topik yang sedang menjadi perbincangan di masa kontemporer ini. Berdasarkan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), satu dari tiga remaja Indonesia rentan umur 10 -- 17 tahun memiliki masalah kesehatan mental, sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Dengan angka tersebut setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan panduan "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima" (DSM-5) yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia.

            Hadirnya pandemi COVID-19 dan kebijakan stay at home telah merubah bentuk kehidupan masyarakat selama 2 tahun. Kegiatan seperti sekolah atau kuliah yang harus dilakukan secara daring (online), membuat interaksi sosial pada remaja semakin berkurang. Hal itu perlahan akan berdampak pada kondisi psikologis dan mental dari remaja. Gejala awal yang dapat timbul biasanya dimulai dari kebingungan, kecemasan yang berlebih, hingga akhirnya menimbulkan kemarahan yang bahkan kerap kali tidak diketahui penyebab pastinya. I-NAMHS juga mengumpulkan data mengenai pengaruh kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pembatasan kontak sosial selama pandemi COVID-19 terhadap kesehatan mental remaja. Sebanyak 1 dari 20 remaja melaporkan merasa lebih depresi, lebih cemas, lebih merasa kesepian, dan lebih sulit untuk berkonsentrasi dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19.

            Berdasarkan laporan hasil penelitian 3 tahun terakhir, didapatkan berbagai macam faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan mental remaja selama pandemi. Diantaranya adalah transisi proses belajar menjadi daring, pola makan yang tidak teratur, waktu yang habis untuk menatap layar, konsumsi berita dari media memicu rasa cemas, khawatir serta stress, kurangnya komunikasi dengan orang tua, kondisi keluarga yang buruk, penggunaan media sosial yang mengarah ke hal-hal yang bersifat negatif, isolasi sosial, kerentanan individu, keluarga, dan sosial remaja, dan kerentanan pada mereka dengan tingkat pendidikan yang rendah

            Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki kesehatan mental remaja pasca COVID-19. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses pembangunan manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku, dan pengorganisasian masyarakat bidang kesehatan. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat dilaksanakan menggunakan strategi The Welfare Strategy yang merupakan strategi pengembangan kesejahteraan dengan tujuan memperbaiki kesejahteraan sekaligus dengan pembangunan kultural, sosial dan ekonomi. Serta menggunakan pendekatan The Welfare Approach, yaitu Pendekatan yang diberikan kepada kelompok tertentu seperti mereka yang terkena musibah.

            Program pemberdayaan masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kesehatan mental remaja pasca COVID-19.Berikut adalah beberapa program pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki kesehatan mental remaja:

  1. Membentuk Kelompok Dukungan: Masyarakat dapat membentuk kelompok dukungan untuk remaja yang mengalami masalah kesehatan mental. Kelompok ini dapat membantu remaja merasa didukung dan saling bertukar pengalaman dan dukungan. Kelompok dukungan dapat diadakan secara online atau offline dan dapat melibatkan orangtua, guru, dan tenaga medis profesional bidang kesehatan mental.
  2. Membentuk Pelatihan Keterampilan: Masyarakat dapat menyelenggarakan pelatihan keterampilan untuk remaja yang dapat membantu mereka mengatasi stres, kecemasan, dan depresi. Pelatihan ini dapat mencakup teknik relaksasi, meditasi, atau keterampilan sosial.
  3. Membentuk Forum Diskusi: Masyarakat dapat menyelenggarakan forum diskusi terbuka tentang kesehatan mental remaja. Forum ini dapat membantu memperkuat kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, memfasilitasi diskusi terbuka tentang pengalaman remaja, dan membantu remaja merasa didukung.
  4. Pemberian Pendidikan Kesehatan Mental: Masyarakat dapat menyelenggarakan program pendidikan kesehatan mental untuk orangtua, guru, dan remaja. Program ini dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental, memperkuat keterampilan pengelolaan stres, dan membantu remaja memahami cara mencari bantuan jika mereka membutuhkannya.
  5. Membentuk Kelompok Olahraga dan Rekreasi: Masyarakat dapat membentuk kelompok olahraga dan rekreasi untuk remaja. Olahraga dan rekreasi dapat membantu remaja mengurangi stres, meningkatkan kebugaran fisik, dan memperkuat keterampilan sosial.
  6. Membangun Layanan Konseling: Masyarakat dapat bekerja sama dengan profesional kesehatan mental untuk menyediakan layanan konseling kepada remaja. Layanan konseling dapat membantu remaja memperbaiki kesehatan mental mereka, memperkuat keterampilan pengelolaan stres, dan membantu mereka mencapai tujuan mereka.

 

            Dalam kesimpulannya, program pemberdayaan masyarakat dapat membantu memperbaiki kesehatan mental remaja pasca COVID-19. Program seperti kelompok dukungan, pelatihan keterampilan, forum diskusi, pendidikan kesehatan mental, kelompok olahraga dan rekreasi, dan layanan konseling dapat membantu remaja merasa didukung dan diterima, memperkuat keterampilan pengelolaan stres, dan membantu mereka mencapai tujuan mereka.

Daftar Pustaka

Gloria. (2022, October 24). Hasil Survei I-NAMHS: Satu Dari Tiga remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan mental. Universitas Gadjah Mada. Retrieved March 26, 2023, from https://www.ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memiliki-masalah-kesehatan-mental

Gunatirin, E. Y. (2018). Kesehatan Mental Anak dan Remaja. Graha Ilmu.

Melina, S. A., & Herbawani, C. K. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kesehatan mental Remaja Selama pandemi covid-19 : Tinjauan Literatur. MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA, 21(4), 286--291. https://doi.org/10.14710/mkmi.21.4.286-291

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun