- Tanyan Lanjhang
Pernikahan dalam budaya Madura memiliki nilai yang sangat penting, dan tanyan lanjhang sering menjadi tempat berlangsungnya tradisi tersebut, terutama dalam keluarga besar. Pernikahan dalam struktur tanyan lanjhang, yaitu pola permukiman khas Madura yang menempatkan rumah-rumah keluarga dalam satu kompleks, mencerminkan tradisi budaya yang menegaskan peran gender secara jelas. Struktur ini didasarkan pada nilai-nilai kekerabatan yang kuat, dengan posisi laki-laki sering kali sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab secara ekonomi dan perempuan sebagai penjaga keharmonisan rumah tangga. Dalam konteks ini, pernikahan bukan hanya menyatukan dua individu, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga besar.
Pada proses pernikahan, perempuan sering kali memiliki peran yang terbatas. Dalam tradisi perjodohan, keputusan pernikahan lebih banyak ditentukan oleh keluarga, khususnya laki-laki dewasa atau orang tua. Perempuan biasanya tidak diberikan hak penuh untuk memilih pasangan hidup mereka. Hal ini mencerminkan dominasi patriarki yang mengakar, di mana perempuan dianggap lebih cocok untuk menjalankan peran domestik setelah menikah. Namun, perempuan di lingkungan taneyan lanjeng juga memiliki tanggung jawab besar sebagai penjaga tradisi dan simbol kehormatan keluarga.
Struktur tanyan lanjhang memperkuat hubungan sosial di antara anggota keluarga besar, tetapi juga mengikat perempuan pada peran tradisional mereka. Setelah menikah, perempuan biasanya tinggal bersama keluarga besar suami atau di dalam lingkup taneyan lanjeng keluarga mereka sendiri. Dalam posisi ini, perempuan memiliki peran penting sebagai pengatur rumah tangga, termasuk merawat anak, menjaga hubungan sosial antaranggota keluarga besar, dan mempertahankan keharmonisan. Namun, peran tersebut sering kali tidak diimbangi dengan pengakuan terhadap kontribusi perempuan dalam pengambilan keputusan penting.
Meskipun struktur tanyan lanjhang menciptakan solidaritas yang kuat di antara keluarga besar, tantangan utama tetap ada dalam hal kesetaraan gender. Banyak perempuan Madura, terutama yang tinggal di lingkungan taneyan lanjeng, masih menghadapi keterbatasan dalam hal pendidikan dan peluang ekonomi. Peran mereka sering kali terbatas pada tugas-tugas domestik, sementara laki-laki diutamakan dalam pengambilan keputusan dan akses pendidikan yang lebih tinggi. Dalam konteks modern, muncul upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang hak-hak perempuan, meskipun perubahan ini berjalan lambat karena kuatnya pengaruh tradisi.
- Peran Gender
Dalam pernikahan tradisional Madura, peran gender sangat terasa dan terikat erat dengan norma sosial, budaya, serta agama yang berlaku. Laki-laki memegang peranan dominan dalam memulai proses pernikahan, seperti melamar kepada keluarga perempuan. Lamaran ini menjadi langkah awal yang melibatkan komunikasi formal antara kedua belah pihak. Selain itu, laki-laki bertanggung jawab dalam memberikan mahar, yang dianggap sebagai simbol penghormatan dan tanggung jawab terhadap perempuan. Setelah menikah, biasanya laki-laki berperan sebagai kepala keluarga yang mengatur kehidupan rumah tangga dan bertanggung jawab secara finansial.
Di sisi lain, perempuan dalam konteks pernikahan tradisional Madura memiliki peran yang cenderung lebih pasif tetapi tetap sangat signifikan. Mereka diharapkan memberikan persetujuan terhadap calon pasangan yang diajukan oleh keluarga laki-laki, meskipun keputusan akhir sering kali dipengaruhi oleh faktor keluarga. Setelah menikah, perempuan menjadi pengelola rumah tangga, mengurus berbagai aktivitas domestik seperti memasak, merawat anak, dan menjaga keharmonisan keluarga. Mereka juga berkontribusi dalam kelancaran upacara pernikahan, dengan menyiapkan hidangan dan pakaian adat.
Walaupun laki-laki lebih mendominasi dalam aspek sosial dan finansial, perempuan tetap memegang peranan penting dalam melestarikan nilai-nilai keluarga dan adat. Dalam proses pernikahan, perempuan juga memiliki tanggung jawab untuk menjalankan tradisi yang dijejali oleh masyarakat Madura. Oleh karena itu, meskipun mereka tidak selalu mengambil peran aktif dalam prosesi formal, perempuan adalah penjaga nilai-nilai budaya dan moral di dalam kehidupan rumah tangga.
Setelah pernikahan, pembagian peran gender antara suami dan istri di Madura cenderung mengikuti tradisi. Laki-laki berfungsi sebagai kepala keluarga yang mengatur keputusan besar dan mencari nafkah, sementara perempuan fokus pada pengelolaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Meskipun adanya perubahan zaman mulai memengaruhi pembagian peran ini, nilai-nilai tradisional tetap dominan di banyak daerah, di mana perempuan dipandang sebagai penjaga keutuhan keluarga dan warisan budaya.
- KESIMPULAN
Pernikahan tradisional di Madura menunjukkan peran gender yang terdefinisi dengan jelas, di mana laki-laki mendominasi dalam aspek sosial dan finansial, sementara perempuan berperan penting dalam urusan domestik dan pelestarian nilai-nilai budaya. Meskipun perempuan memiliki tanggung jawab sebagai pengelola rumah tangga dan penjaga tradisi, mereka sering kali tidak memiliki kebebasan penuh dalam pengambilan keputusan, terutama dalam memilih pasangan hidup.