Mohon tunggu...
Rizqiya Z
Rizqiya Z Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Gelombang 2 2024

seorang sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, kini sedang menjalani kuliah profesi guru sebagai bagian dari komitmennya untuk menjadi pendidik yang berdedikasi. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana dengan prestasi yang memuaskan, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan akademisnya di program Pendidikan Profesi Guru (PPG) guna mengasah keterampilan pedagogis dan mendapatkan sertifikasi resmi sebagai guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diversifikasi Pendidikan, Tidak Melulu Tentang Teknologi?

6 Oktober 2024   19:07 Diperbarui: 6 Oktober 2024   19:13 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teknologi menjadi bahan buah bibir di kalangan pendidikan dewasa ini. Media-media pembelajaran terbarukan kian gencar diperkenalkan di ranah pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian-penelitian mengenai teknologi terbarukan. Misalnya saja penelitian yang dilakukan oleh Cheung, A. C. K., & Slavin, R. E. (2013) yang berjudul The Impact of Digital Tools on Student Learning Outcomes: A Meta-Analysis. Penelitian ini berisi tentang teknologi yang tidak secara otomatis meningkatkan hasil belajar, tetapi dapat sangat efektif jika diterapkan dengan pendekatan pedagogi yang terencana. Ada pula penelitian mengenai AI yang dilakukan oleh olmes, W., Bialik, M., & Fadel, C. (2019) dengan penelitian berjudul Artificial Intelligence in Education: Applications and Implications for Teaching and Learning. Meneliti tentang penggunaan AI dalam pendidikan berpotensi besar untuk personalisasi pembelajaran, tetapi masih ada tantangan terkait etika, privasi, dan kesenjangan teknologi yang perlu diatasi.

Namun, apakah teknologi benar-benar sudah relevan dewasa ini? Secara umum wilayah Indonesia yang ditetapkan sebagai "layak" terutama terdapat di Provinsi Perkotaan dan Pulau Jawa. Sebaliknya, wilayah pinggiran Pulau Jawa, khususnya di wilayah Indonesia Timur seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara, sebagian besar mengalami penurunan yang signifikan dalam hal kualitas dan ketersediaan pendidikan. Meskipun tidak ada data pasti yang mendukung asumsi bahwa persepsi masyarakat di wilayah ini sudah mapan, ditunjukkan bahwa peningkatan infrastruktur, prestasi siswa, dan akses terhadap teknologi merupakan faktor penting yang dapat membantu memastikan pendidikan yang adil dan baik didirikan di seluruh Indonesia.

Landasan pengembangan kurikulum memiliki 4 (empat) poin, yaitu landasan filosofis, psikologis, sosial budaya, dan ipteks. Dalam landasan sosial budaya mengedepankan nilai sosial, keragaman budaya, dan budaya sebagai identitas lokal. Mengingat Indonesia adalah negara dengan keberagaman budaya, suku, dan agama. Pendidikan yang berbasis pada landasan sosial budaya harus menghargai dan mengakomodasi keragaman ini. Kurikulum dan metode pengajaran harus mempertimbangkan perbedaan budaya antar-daerah dan menghormati tradisi serta bahasa lokal, sehingga siswa bisa merasa terhubung dengan akar budaya mereka sendiri. Jika peserta didik yang berada di luar jangkauan pendidikan merasa lebih nyaman dengan identitas lokal dan budaya mereka, apakah sepatutnya memaksakan teknologi untuk mereka. Mengingat fungsi pendidikan diversifikasi adalah konsep pendidikan yang bertujuan untuk memperluas dan memperkaya pengalaman belajar siswa dengan memberikan mereka berbagai macam pilihan bidang studi, keterampilan, dan metode pembelajaran. 

Tujuan utama dari pendidikan diversifikasi adalah untuk mengakomodasi minat, bakat, dan potensi siswa yang beragam, sehingga mereka dapat mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Ditambah lagi kebutuhan masyarakat tersebut berbeda. Apakah tidak sebaiknya kurikulum diajarkan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik yang terdapat di wilayah tertentu. Pendidikan dapat disesuaikan dengan konteks sosial, budaya, dan ekonomi lokal. Kurikulum dan metode pengajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat. Sebagai contoh di daerah pedesaan yang mayoritas penduduknya adalah petani, mata pelajaran bisa dikaitkan dengan pertanian lokal, seperti teknik bertani yang lebih baik, pengelolaan lingkungan, dan pengembangan keterampilan praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Manfaatnya peserta didik merasa lebih terhubung dengan materi pelajaran yang aplikatif dan relevan dengan kehidupan mereka, sehingga meningkatkan minat dan motivasi belajar.

Namun pada akhirnya ini semua adalah usaha untuk menciptakan bentuk pendidikan yang sesuai, tepat sasaran dan aplikatif. Penyesuaian yang fleksibel dan kontekstual sebagai sisi kurikulum, metode pengajaran, dan infrastruktur dalam pendidikan di daerah yang kurang akses. Solusi seperti pendidikan berbasis komunitas, pembelajaran jarak jauh, teknologi digital, dan pengembangan guru lokal sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anak, di mana pun mereka berada, memiliki kesempatan yang sama untuk menerima pendidikan berkualitas tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun