Mohon tunggu...
RIZQIYA WIDYANDINI
RIZQIYA WIDYANDINI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Tanjungpura

menonton, memasak, menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Indonesia Menjadi Negara Ke-2 dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi di ASEAN

20 Oktober 2023   19:42 Diperbarui: 20 Oktober 2023   19:50 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengangguran dianggap selalu wujud dalam perekonomian karena permintaan efektif yang wujud dalam masyarakat (pengeluaran agregat) adalah lebih rendah dari kemampuan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. -Keynes

Indonesia merupakan negara dengan tingkat pengangguran tertinggi kedua di ASEAN. Berdasarkan data Trading Economy, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,83%. Meskipun tingkat pengangguran terus menurun sejak beberapa tahun, Indonesia masih memiliki sejumlah besar pengangguran, pekerja informal, dan yang setengah waktu.

Berdasarkan data Dana Moneter Internasional dan Trading Economy, berikut ini merupakan negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN:

Rizqiya Widyandini
Rizqiya Widyandini
1. Filipina
Filipina diperkirakan oleh IMF akan menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN yaitu mencapai 5,4% pada tahun  2023’.

2. Indonesia
Indonesia berada di urutan kedua dengan tingkat pengangguran sebesar 5,3% yang mengalami penurunan dibandingkan bulan Februari 2020 mencapai 5,83%.

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia menjadi negara ke-2 dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN:

  • Ketidakseimbangan antara lapangan kerja yang tersedia dan pertumbuhan penduduk : Pengangguran sering kali disebabkan oleh ketidaksesuaian antara jumlah lapangan kerja yang tersedia dan pertumbuhan penduduk. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia turut menyebabkan ketidakseimbangan ini, sehingga sulit menyediakan kesempatan kerja yang cukup bagi semua orang.
  • Kurangnya kesempatan kerja : Pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, dan ketidakpastian ekonomi lainnya telah menyebabkan penurunan kesempatan kerja, sehingga memperburuk situasi pengangguran di negara tersebut. Kurangnya investasi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi juga berkontribusi pada terbatasnya pasar kerja.
  • Ketidaksesuaian pendidikan dan keterampilan : Terdapat kesenjangan yang signifikan antara keterampilan dan pendidikan angkatan kerja dengan persyaratan pekerjaan yang tersedia. Ketidaksesuaian ini mempersulit pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga menyebabkan tingkat pengangguran lebih tinggi.
  • Dominasi sektor informal : Dominasi sektor informal dalam perekonomian Indonesia juga berkontribusi terhadap tingginya tingkat pengangguran. Banyak orang yang bekerja di sektor informal, yang seringkali tidak memiliki jaminan dan tunjangan kerja, sehingga sulit untuk mengukur status pekerjaan mereka secara akurat.
  • Setengah Pengangguran : Setengah pengangguran, dimana masyarakat bekerja pada pekerjaan yang tidak sepenuhnya memanfaatkan keterampilan dan pendidikan mereka, juga merupakan masalah yang signifikan di Indonesia. Situasi ini semakin berkontribusi terhadap tingginya angka pengangguran.

3. Malaysia
Tingkat pengangguran di Malaysia turun pada Juni 2023 menjadi 3,4%, jumlah pengangguran mencapai 581.700 orang (Departement of Statistics Malaysia).

4. Vietnam
Dilansir dari IMF tingkat pengangguran di Vietnam sebesar 2,3% pada tahun ini.

5. Singapura
Dibandingkan bulan sebelumnya, tingkat pengangguran Singapura turun sebesar 1,9% dan untuk tahun 2023 tingkat pengangguran Singapura sebesar 1,8%. Singapura merupakan negara bagian ASEAN yang terkaya dan paling maju di Dunia.

Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk menekan pengangguran menurut sejarah pemikiran ekonomi adalah:

Teori Klasik, dengan mengurangi upah agar produsen dapat mempekerjakan lebih banyak pekerja.
Teori Keynesian, dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah atau investasi swasta untuk meningkatkan permintaan agregat dan mengurangi pengangguran.
Teori Monetarisme, dengan menjaga stabilitas harga dan mengurangi pengaruh kebijakan moneter yang tidak tepat.
Teori Neoklasik, dengan meningkatkan fleksibilitas pasar tenaga kerja dan mengurangi intervensi pemerintah dalam pasar tenaga kerja.
Teori Ibnu Khaldun, dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan kerja untuk meningkatkan keterampilan dan kualifikasi pekerja.

Dalam mengatasi pengangguran, diperlukan kerjasama dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Solusi yang tepat dan berkelanjutan harus didasarkan pada analisis yang komprehensif dan pemahaman yang mendalam tentang penyebab pengangguran dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang terkena dampak pengangguran. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan permintaan agregat dan mengurangi pengangguran dalam perekonomian.

Gatra
Gatra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun