Dampak Mengerikan Rokok dan Upaya Pemerintah Menghentikan Kebiasaan Perokok Aktif
Salah satu isu kesehatan di Indonesia yang terbesar disebabkan oleh perilaku merokok. Berbagai macam penyakit dapat ditimbulkan akibat merokok, yaitu penyakit kardio vaskular yang mana menjadi penyebab satu dari tiga mortalitas di dunia (WHO, 2019), penyakit gigi dan mulut, penyebab lebih dari 10 jenis kanker, gangguan perkembangan dan kematian janin, penyakit paru-paru obstruktif kronis dan penyakit paru lainnya, asma, diabetes, sindrom kematian bayi mendadak, kelainan kelahiran, kehilangan penglihatan dan pendengaran, penyakit saluran cerna, system kekebalan tubuh dan kekuatan tulang yang lemah, serta kerusakan kulit (WHO, 2019). Dampak negatif rokok bukan hanya dirasakan oleh perokok aktif saja, namun orang-orang yang berada disekitar perokok juga mendapati dampak yang sama. Lanjutnya, WHO (2019) menjelaskan bahwa dampak negatif rokok berpengaruh kepada segala tingkatan usia bahkan sejak di dalam kandungan hingga lansia. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk mencegah peningkatan angka perokok dengan salah satunya membuat kebijakan kepada seluruh pabrik dalam negeri untuk menerapkan desain gambar dampak merokok pada kesehatan yang memberikan kesan seram, jijik dan menakutkan pada bungkus rokok. Gambar yang seram tersebut adalah upaya untuk mempengaruhi masyarakat melalui jalur periferal, yang mana efek visual pada bungkus rokok memicu emosi seperti takut, cemas dan jijik. Dengan begitu diharapkan dapat memicu perubahan perilaku, yaitu berhenti merokok.
Namun, walaupun sudah ada peringatan yang tergambar jelas dan mengerikan, kenyataannya jumlah perokok di banyak tempat masih tetap tinggi atau bahkan meningkat. Kemenkes (2022) menyebutkan angka perokok di Indonesia meningkat dalam sepuluh tahun terakhir dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021. Kemenkes (2024) menyebutkan angka perokok pada tahun 2024 menembus hingga 70 juta. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa terus terjadi peningkatan jumlah perokok. Lantas, mengapa strategi ini tampaknya kurang efektif?
1. Teori Elaboration Likelihood Model (ELM)Â
Petty & Briol (2012) menjelaskan Elaboration Likelihood Model (ELM) merupakan teori tentang bagaimana pesan persuasi dapat mempengaruhi perubahan pikiran, sikap atau perilaku manusia melalui dua jalur, yaitu sentral dan periferal. Pada jalur sentral, pesan persuasi dapat memicu reaksi perubahan dengan melibatkan analisis yang mendalam dan kritis terlebih dahulu. Sedangkan jalur periferal, pesan disampaikan lebih sederhana, memicu reaksi emosional tanpa proses pemikiran mendalam. Dalam konteks kebijakan pemerintah yang menetapkan visual seram yang menggambarkan penyakit akibat merokok adalah contoh dari jalur periferal. Tujuannya untuk memicu respons emosional yaitu rasa takut utamanya dan jijik. Tapi kelemahannya adalah, efeknya tidak bertahan lama karena tidak didasari oleh pemahaman yang mendalam.Â
2. Tantangan yang Membuat Strategi Gambar Seram Kurang EfektifÂ
Beberapa faktor dapat membuat gambar seram pada bungkus rokok tidak selalu efektif dalam mengurangi jumlah perokok. Berikut ini penjelasannya:
- Desensitisasi: Secara psikologi dijelaskan sebagai suatu proses yang membuat perokok menjadi kebal terhadap dampak visual seram bungkus rokok karena terlalu sering melihat gambar tersebut.Â
- Ketergantungan Nikotin: Walaupun perokok telah mengetahui dan juga merasa takut akan dampak negatif rokok bagi kesehatannya, namun kecanduan nikotin acap kali lebih kuat dalam mempengaruhi perilaku merokok. Jadi, meskipun mereka melihat gambar-gambar mengerikan pada bungkus rokok, tetap saja mereka sulit berhenti merokok karena ketergantungan nikotin.
- Pengaruh Sosial: Walaupun seseorang menyadari akan adanya peringatan bahaya rokok bagi kesehatan, namun adanya pengaruh lingkungan dan tekanan sosial sering kali membuat seseorang tetap merokok.
- Rasionalisasi Kognitif: Banyak perokok yang menggunakan pemikiran rasional untuk menjustifikasi kebiasaan merokok dengan anggapan seperti, "Saya merokok, buktinya masih sehat-sehat saja."
3. Â Alternatif Solusi: Strategi Jalur Sentral dalam Kampanye Anti-Rokok
Melalui jalur sentral, seseorang menganalisa dan memikirkan informasi secara teliti, mempertimbangkan data dan fakta serta argumen sebelum mengambil keputusan. Meskipun prosesnya lama, perubahan sikap melalui jalur ini cenderung  lebih bertahan lama daripada efek dari strategi jalur periferal. Maka dari itu untuk mencapai dampak yang lebih signifikan, perlu strategi yang melibatkan jalur sentral dalam ELM. Misalnya:
- Kampanye Berbasis Fakta: Penyajian informasi berupa data yang jelas dan ilmiah supaya audien mengetahui fakta tentang dampak buruk merokok diharapkan dapat membantu audien khususnya perokok untuk memproses informasi dan memikirkannya secara lebih mendalam. Pada kampanye dapat mencakup penginformasian data statistik tentang dampak merokok pada tingkat harapan hidup manusia atau manfaat berhenti merokok. Kampanye dapat dilakukan secara efektif melalui sosial media melalui influencer, seperti pada tiktok atau instagram.
- Testimoni dari Mantan Perokok: Kisah nyata dari orang yang berhasil berhenti merokok menjadi cara efektif dalam mempengaruhi kesadaran perokok untuk berhenti merokok. Hal ini dikarenakan mereka bisa lebih mudah mengevaluasi diri mengacu pada kehidupan orang lain yang mengalami situasi serupa.
- Layanan Konseling: Dukungan konseling untuk berhenti merokok bisa membantu perokok mendapatkan bantuan yang berkelanjutan dan menjalani proses berhenti dengan bantuan profesional.
Kesimpulan
Strategi kebijakan pemerintah dalam menetapkan aturan terkait gambar seram dalam kemasan rokok merupakan upaya yang baik, akan tetapi banyak tantangan sehingga kurang efektif untuk menurunkan agka perokok di Indonesia. Maka dari itu perlu diupayakan cara alternatif  guna menciptakan perubahan yang lebih tahan lama, diperlukan strategi yang lebih komprehensif dan berbasis pemahaman mendalam terkait bahaya merokok bagi kesehatan diri sendiri dan lingkungan, yang dapat dicapai melalui pendekatan jalur sentral.Â
Referensi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023, September 22). Perokok dewasa di Indonesia meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/perokok-dewasa-di-indonesia-meningkat-dalam-sepuluh-tahun-terakhir/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Perokok aktif di Indonesia tembus 70 juta orang, mayoritas anak muda. Direktorat P2PTM. https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/perokok-aktif-di-indonesia-tembus-70-juta-orang-mayoritas-anak-muda
Petty, R. E., & Briol, P. (2012). The elaboration likelihood model. Dalam P. A. M. Van Lange, A. W. Kruglanski, & E. T. Higgins (Eds.), Handbook of theories of social psychology: Volume 1 (hlm. 224--246). SAGE Publications.
World Health Organization. (2019). Global report on trends in prevalence of tobacco use 2000-2025 (3rd ed.). https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/324846/WHO-NMH-PND-19.1-ind.pdf